BAB X
DHARMA DUTA ( PENGKHOTBAH)
Pada saat itu Sang Buddha menyapa ke 80 ribu para pemimpin agung melalui Baisaja Raja dengan bersabda : “Wahai Baisajaraja ! apakah engkau lihat dalam pesamuan ini para dewa, raja-raja naga, yaksha, gandharva, asura, garuda, kimnara, mahoraga, manusia dan yang bukan manusia, begitu juga para bhikku dan bhiksuni, lelaki dan perempuan yang menaruh rasa pengabdian, pencahari kebodhisatvaan, ataupun para pencahari kebuddhaan yang semuannya dalam jumlah yang tak terbatas ini ? Seluruh umat-umat yang berada dihadapan Sang Buddha ini, seandainya mereka mendengar hanya sebait syair ataupun meski hanya sepatah kata dari Sutra Bunga Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan ataupun meski Cuma sekelumit perasaan senang padanya, maka Aku tetapkan bahwa mereka itu akan mencapai Penerangan Agung.”
Kemudian Sang Buddha menyapa lagi Sang Baisaja-Raja : “Lebih-lebih lagi sesudah kemoksaan Sang Tathagata, jika ada seseorang yang mendengar meski hanya sebait syair atau sepatah kata dari Sutra Bunga Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan ataupun dengan sekelumit perasaan suka padanya, maka Aku tetapkan mereka juga akan mencapai Penerangan Agung.” Dan jika ada seseorang lagi yang menerima dan memelihara, membaca dan meresapi, mengajarkan dan menurunkan meskipun hanya sebait syair dalam Sutra Bunga Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan serta memandang sutra ini dengan takzim seolah-olah memandang Sang Buddha, dan membuat persembahan kepadanya dengan berbagai macam cara dengan bebungaan, wewangian, karangan-karangan bunga, bubuk cendana, salep-salep harum, dedupaan, tirai sutera, panji-panji, bendera-bendera, pakaian-pakaian, dan irama lagu, serta memujinya dengan tangan terkatub; maka ketahuilah, wahai Baisaja-raja bahwa orang-orang ini telah melayani 10 ribu kotis dari para Buddha dan dibawah para Buddha itu mereka telah menjalankan ikrarnya dan oleh karena rasa kasih dan sayang terhadap semua mahluk maka mereka terlahir disini diantara manusia. Wahai, Baisaja-Raja ! Seandainya ada seseorang yang bertanya kepadamu tentang mahuk yang bagaimana yang akan menjadi Buddha di dunia yang mendatang nanti, maka jawablah mereka bahwa orang-orang itulah yang tentu akan menjadi Buddha di dunia yang akan datang. Karena betapapun juga jika para putera-putera dan puteri-puteriKu yang baik menerima dan memelihara, membaca dan meresapi, mengajarkannya, serta menurunnya meskipun hanya sepatah kata dalam Sutra Bunga Hukum serta membuat persembahan-persembahan kepadanya dalam berbagai cara dengan bebungaan, wewangian, karangan-karangan bunga, bubuk cendana, salep-salep harum, dedupaan, tirai-tirai sutera, panji-panji, bendera-bendera, pakaian-pakaian dan irama dendang, serta memujanya dengan tangan terkatub, maka orang-orang ini akan dihormati oleh seluruh dunia; dan jika engkau menghormati Sang Tathagata, maka engkaupun harus menghormati mereka. Ketahuilah orang-orang ini adalah para Bodhisatva agung yang setelah mereka mencapai Penerangan Agung dan menyayangi seluruh umat, mereka bersuka hati lahir didunia ini dan secara luas memaklumkan serta mengajarkan Sutra Bunga Hukum Yang Menakjubkan. Betapa akan lebih bertambah banyaknya orang-orang yang dengan sempurna mampu menerima, memelihara dan menghormatinya dengan cara apapun ! Ketahuilah, Wahai Baisaja-Raja ! bahwa orang-orang ini semuanya tidak menuntut balas jasa dari karma suci mereka dan sesudah kemokshaanKu nanti, orang-orang ini dengan kasih sayang kepada seluruh umat, akan terlahir di dunia angkara serta secara luas akan memaklumkan sutra ini. Jika putera-putera dan puteri-puteriKu yang baik ini nanti sesudah kemokshaanKu dapat mengkhotbahkan tentang Sutra Bunga Hukum Kesunyataan ini meskipun dengan cara rahasia kepada seseorang, meskipun hanya dengan sepatah kata saja, maka ketahuilah bahwa orang-orang ini adalah utusan-utusan Sang Tathagata yang diutus oleh Sang Tathagata untuk menjalankan perbuatan-perbuatan Sang Tathagata. Dan betapa besar budinya orang-orang yang berkhotbah dengan panjang lebar kepada orang lain di suatu pertemuan agung. Wahai, Baisaja-Raja ! bahkan seandainya, ada orang-orang jahat yang sangat durhaka yang selama satu kalpa penuh muncul dihadapan Sang Buddha dan mengutuk Sang Buddha, maka dosanya masih tetap ringan. Tetapi jika seseorang meskipun hanya dengan satu perkataan busuk saja yang mencemarkan para pengikut setia ataupun para viharawan yang membaca dan meresapi Sutra Bunga Hukum Kesunyataan itu, maka dosa orang itu sungguh-sungguh berat. Wahai, Baisaja-Raja ! Dia yang telah membaca dan menghafalkan Sutra Bunga Hukum Kesunyataan ini, ketahuilah bahwa orang itu telah menghiasi dirinya sendiri dengan hiasan Sang Buddha dan oleh karenanya memanggul Sang Tathagata diatas pundakNya. Kemanapun ia pergi, ia akan dihormati dengan sepenuh hati dengan tangan terkatub, memuja, menghormat, dan memuliakan serta memuji dan membuat persembahan-persembahan kepadanya dari bebungaan, wewangian, karangan-karangan bunga, bubuk cendana, salep-salep harum, dedupaan, tirai-tirai sutera, panji-panji, bendera-bendera, pakaian-pakaian, makanan dan kelezatan serta dendang lagu. Dia akan disuguhi dengan persembahan-persembahan yang paling istimewa yang ada diantara manusia. Dia akan dihamburi dengan permata indah dan sesaji-sesaji dibuat dari gundukan permata-permata dari surga. Karena betapapun juga orang ini telah bersuka cita dalam mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan, maka mereka yang mendengarnya meskipun hanya sekejap akan mencapai Penerangan Agung.” Kemudian Sang Buddha yang ingin memaklumkan ajaran ini kembali, maka bersabdalah Beliau dengan syair : “Bila seorang ingin berjalan di Jalan Kebuddhaan
Dan memperoleh kebijaksanaan alam gaib
Ia harus selalu memuliakan dengan tulus
Para pemelihara Bunga Hukum Kesunyataan ini Bila seorang ingin segera mencapai
Setiap ragam kebijaksanaan
Ia harus menerima dan memelihara Sutra ini
Dan memuliakan mereka yang memeliharanya Bilamana orang mampu menerima dan menjaga
Sutra Bunga Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan
Beritahukanlah mereka bahwa inilah utusan Sang Buddha
Yang menyayangi seluruh umat Dia yang dapat menerima dan memelihara
Sutra Bunga Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan
Memasrahkan daerahnya yang suci
Dan karena kasih sayangnya kepada umat, terlahir disini;
Ketahuilah bahwa orang semacam ini
Bebas terlahir dimanapun ia suka
Dan mampu, didalam dunia yang penuh dosa ini
Berkhotbah secara luas tentang Hukum Yang Agung Kalian harus dengan bunga-bunga surga dan wewangian;
Pakaian-pakaian dari permata kasuargan
Dan setumpuk manikam surga yang menakjubkan
Menghormati seorang pengkhotbah hukum kesunyataan ini
Didalam zaman engkau sesudah kemokshaanKu Mereka yang dapat memelihara Sutra ini
Harus dihormati dan dipuja dengan hikmat
Seolah-olah menghormat Yang Maha Agung Dengan makanan-makanan yang paling lezat
Dengan segala macam pakaian
Putera dari Sang Buddha ini harus dimuliakan
Dengan harapan mendengar ajarannya meskipun hanya sekejap Didalam masa yang mendatang, jika seseorang dapat
Menerima dan memelihara Sutra ini
Aku akan mengutusnya untuk menjadi manusia
Guna melaksanakan tugas Sang Tathagata Jika seseorang selama satu kalpa
Terus menerus berhati jahat
Dan dengan sikap yang marah, mencerca Sang Buddha
Dia menanggung dosa berat yang tak terhingga
Tetapi seseorang yang membaca, menghafalkan dan memelihara
Sutra dari Bunga Hukum ini;
Jika seseorang memakinya meskipun hanya sebentar,
Dosanya tetap lebih berat. Seseorang yang selalu mencari jalan keBuddhaan
Dan selama satu kalpa penuh
Dengan tangan terkatub dihadapanKu
MemujiKu dalam syair-syair yang tak terhitung
Justru karena ia memuji Sang Buddha
Akan memperoleh jasa yang tak terhingga Dan ia yang memuji para pemelihara Sutra
Kebahagiaannya akan menjadi lebih besar
Selama 80 koti kalpa
Dengan warna dan suara
Bebauan, rasa dan sentuhan yang paling istimewa Jika seseorang memuliakan para pemelihara sutra
Jika telah memuliakannya sedemikian rupa
Dia mendengarnya dari mereka meskipun Cuma sebentar,
Biarkan ia menyatakan selamat pada dirinya
Dengan berkata : “Saya telah memperoleh suatu peruntungan yang besar.”
Wahai Baisajaraja ! Sekarang Aku katakan kepadamu
Tentang Sutra yang telah Aku khotbahkan,
Diantara sutra-sutra ini semua
Bunga Hukum Kesunyataan yang paling terkemuka.” Kemudian Sang Buddha menyapa Sang Baisaja-Raja Bodhisatva Mahasatva lagi dengan bersabda : “Aku khotbahkan sutra-sutra sebanyak beribu-ribu koti yang tak terbatas, baik yang sudah selesai dikhotbahkan, sedang dikhotbahkan sekarang, ataupun yang akan dikhotbahkan dimasa mendatang; dan diantara semua itu, Sutra Bunga Hukum Kesunyataan inilah yang paling sulit dipercaya dan yang paling sulit dipahami. Wahai Baisaja-Raja ! sutra ini adalah gaib, suatu kekayaan yang azasi dari para Buddha yang tidak boleh diajarkan ataupun disampaikan secara serampangan kepada manusia. Sutra yang selalu dipelihara oleh para Buddha yang maha agung, yang dari dahulu kala belum pernah diajarkan maupun dikhotbahkan. Dan ketika Sang Tathagata masih berada disini, sutra ini telah banyak menimbulkan permusuhan dan rasa iri dan lebih-lebih sesudah kemokshaanNya ! “Ketahuilah, wahai Baisaja-Raja ! Sesudah Sang Tathagata moksha, maka mereka yang dapat menurun, memelihara, membaca, menghafalkan, memuliakan dan mengkhotbahkannya kepada orang lain, akan dinobatkan oleh Sang Tathagata dengan JubahNya serta akan dilindungi dan diingat oleh para Buddha yang tinggal didalam lain kawasan. Mereka akan memiliki daya kepercayaan yang agung serta kekuatan ikrar yang teguh dan kekuatan budhi luhur. Ketahuilah, bahwa orang-orang itu akan berkelana bersama Sang Tathagata dan Sang Tathagata akan meletakkan tanganNya diatas kepala-kepala mereka. Wahai Baisaja-Raja ! disetiap tempat dimana Sutra ini dikhotbahkan, dibaca, dihafal, diturun atau isinya dipelihara, maka seseorang harus mendirikan sebuah Caitya dari 7 benda berharga dibuat yang agak tinggi, lapang dan megah. Tetapi tidaklah perlu menyimpan benda relik. Karena didalam caitya ini terdapat seluruh tubuh Sang Tathagata. Caitya ini harus disaji, dipuja, dimuliakan dan dipuji dengan segala macam bebungaan, wewangian, karangan-karangan bunga, tirai-tirai sutra, panji-panji, bendera-bendera, dendang lagu dan nyanyian pujian. Jika seseorang melihat caitya itu kemudian menghormati dan memuliakannya, maka ketahuilah bahwa mereka semua sudah dekat dengan Penerangan Agung. Wahai Baisaja-Raja ! terdapat banyak sekali orang, baik orang-orang biasa maupun para viharawan yang berjalan di dalam jalan kebodhisatvaan yang seolah-olah tidak menyadarinya, tidak mendengar, tidak membaca, menghafalkan, menurun, memelihara, dan memuliakan Sutra Bunga Hukum Kesunyataan ini. Tetapi ketahuilah bahwa orang-orang itu belumlah berjalan dengan lurus diatas jalan kebodhisatvaan dan seandainya saja salah seorang dari mereka itu mendengar tentang sutra ini, maka barulah mereka akan dapat berjalan dengan benar didalam jalan kebodhisatvaan. Andaikata para mahluk yang mencari jalan kebuddhaan melihat ataupun mendengar Sutra Bunga Hukum Kesunyataan ini dan sesudah mendengarnya kemudian mempercayai dan meresapi, menerima serta memeliharanya, maka engkau dapat mengetahui bahwa mereka itu sudah dekat dengan Penerangan Agung. Wahai Baisaja-Raja ! Hal ini seperti seseorang yang sangat haus dan sangat membutuhkan air dan dia mencarinya dengan menggali tanah dataran. Sebegitu jauh ia hanya melihat tanah kering saja dan ia menyadari bahwa airnya masih sangat jauh. Dengan tiada henti-hentinya ia mengerahkan tenaganya sampai ia melihat tanah yang basah dan akhirnya mencapailah ia ke tanah lumpur. Kemudian ia berkesimpulan bahwa airnya sudah hampir ditangan. Para Bodhisatva juga seperti ini, jika mereka belum mendengar, memahami, maupun dapat mengerti Sutra Bunga Hukum Kesunyataan ini, maka ketahuilah bahwa mereka masih tetap jauh dari Penerangan Agung. Jika mereka mendengar, memahami, merenungi serta melaksanakannya, maka engkau boleh yakin bahwa sudah dekat dengan Penerangan Agung. Karena betapapun juga Penerangan Agung setiap Bodhisatva seluruhnya tercakup dalam Sutra ini. Sutra ini menghasilkan suatu makna yang lebih dalam tentang cara sepenuhnya ataupun sebagian saja untuk membuka tabir kenyataan yang sesungguhnya. Kekayaan dari Sutra Bunga Hukum Kesunyataan ini sangat dalam dan kokohnya, sangat tersembunyi dan jauh sehingga tidak seorang manusiapun yang mampu mencapainya. Sekarang Sang Buddha telah mengajarkannya untuk mengarahkan dan menyempurnakan para Bodhisatva.” Wahai Baisaja-Raja ! Jika seorang Bodhisatva ketika mendengar Sutra ini menjadi terkejut, bimbang dan takut maka ketahuilah bahwa inilah orang bodhisatva baru. Jika seorang sravaka ketika mendengar Sutra ini menjadi terkejut, bimbang dan takut, maka ketahuilah bahwa ia adalah seorang yang congkak.” Wahai Baisaja-Raja ! Jika terdapat putera dan puteri yang baik yang sesudah kemokshaan Sang Tathagata nanti ingin mengkhotbahkan Sutra Bunga Hukum Kesunyataan ini kepada 4 golongan, maka bagaimana ia harus mengkhotbahkannya? Putera yang baik dan puteri yang baik itu memasuki kediaman Sang Tathagata, memakai Jubah Sang Tathagata serta duduk diatas tahta Sang Tathagata, dan ia harus memaklumkan secara panjang lebar kepada 4 golongan pendengar tadi. “Kediaman Sang Tathagata adalah hati yang penuh kasih sayang yang ada didalam hati seluruh umat; Jubah Sang Tathagata adalah hati yang lembut dan sabar; sedang Tahta Sang Tathagata ialah budhi dari segala perwujudan. Dengan berpegang teguh pada ini semua dan dengan tekad yang tak tergoyahkan, maka ia akan mengkhotbahkan Sutra Bunga Hukum Kesunyataan ini. Wahai Baisaja-Raja ! Meskipun Aku tinggal didalam alam yang lain, Aku akan mengirimkan para utusan gaib untuk mengumpulkan para pendengar Hukum Kesunyataan ini dan Aku kirimkan juga para bhiksu, bhiksuni gaib serta penganut-penganut lelaki dan perempuan untuk mendengarkan khotbahnya tentang Hukum itu. Semua manusia-manusia gaib ini setelah mendengar Hukum Kesunyataan itu, akan menerimanya dengan baik dan penuh kepercayaan serta mematuhinya. Jika sang pengkhotbah hukum itu berdiam ditempat yang terpencil, maka Aku akan kirimkan para dewa, naga, mahluk-mahluk gaib, gandharva, asura, dan yang lain-lainnya untuk mendengarkan khotbahnya. Meskipun Aku berada dikawasan yang lain, setiap waktu Aku akan membuat sang pengkhotbah Hukum Kesunyataan itu melihatKu. Dan jika ia lupa akan bagian dari Sutra ini, Aku akan kembali dan menjelaskannya sehingga ia dapat menguasainya dengan sempurna.” Pada saat itu Yang Maha Agung ingin memaklumkan ajaran ini kembali, dan bersabdalah Beliau dengan syair : “Agar terhindar dari kemalasan
Dengarkanlah Sutra ini !
Begitu jarang kesempatan untuk mendengarkannya
Jarang pula mereka yang menerimanya dengan penuh kepercayaan Seperti seorang yang haus membutuhkan air,
Yang mengali disebuah dataran
Masih tetap melihat tanah yang kering dan gersang
Ia tahu bahwa air masih tetap jauh
Tanah basah dan lumpur akhirnya muncul juga
Ia yakin bahwa airnya sudah dekat Ketahuilah, wahai Baisaja-Raja !
Seperti itulah halnya dengan orang-orang
Yang tidak mendengar Sutra Bunga Hukum ini
Mereka jauh dari kebijaksanaan Sang Buddha Seharusnya mereka mendengar Sutra agung ini
Yang menentukan hukum bagi para pengikut
Dan merupakan raja dari segala sutra
Dan setelah mendengarnya, kemudian
Merenungkannya dengan sungguh-sungguh
Ketahuilah, bahwa orang-orang itu
Sudah dekat dengan kebijaksanaan Sang Buddha Jika seseorang mengkhotbahkan sutra ini
Biarlah ia masuk ke tempat tinggal Sang Tathagata
Mengenakan Jubah Sang Tathagata
Dan duduk diatas Tahta Sang Tathagata
Tiada gentar berada ditengah-tengah orang banyak
Biarlah ia mengajarkan dan mengkhotbahkannya dengan terbuka Dengan kasih sayang yang agung sebagai singgasananya
Kelemah lembutan dan kesabaran untuk jubahnya
Dan kegaiban dari segala perwujudan untuk tahtanya;
Berpegang pada semuanya ini, biarlah ia mengkhotbahkan hukum itu Seandainya ketika ia mengkhotbahkan sutra ini,
Ada orang dengan mulut yang jahil mencercanya
Atau memukulnya dengan pedang, tongkat, kreweng atau batu
Demi Sang Buddha, biarlah dia bersabar hati Didalam ribuan koti negeri-negeri
Aku muncul dengan tubuh yang suci dan abadi
Dan didalam koti kalpa yang tak terbatas
Khotbahkanlah hukum itu pada seluruh umat Jika seseorang sesudah kemokshaanKu
Dapat memaklumkan Sutra ini
Kukirimkan akan 4 kelompok gaib
Dari para bhiksu dan bhiksuni,
Para lelaki dan perempuan yang berjiwa suci
Untuk memuliakannya sebagai guru dari hukum itu Sementara Aku akan menarik seluruh umat
Dan mengumpulkan mereka untuk mendengarkan ini
Jika seseorang mencarinya untuk mencercanya dengan kata-kata hina
Menyerangnya dengan pedang, tongkat, kreweng ataupun batu
Akan Aku kirimkan mahluk gaib
Untuk menjadi pelindungnya Jika seseorang pengkhotbah dari hukum ini
Berdiam sendirian di suatu tempat yang terpencil,
Didalam kesunyian dimana tidak terdengar suara manusia
Membaca dan menghafalkan sutra ini
Kemudian Aku akan datang kepadanya
Dengan tubuh yang kekal dan suci Jika ia lupa akan kalimat-kalimat atau kata-kata
Akan Aku jelaskan sehingga ia menjadi paham
Ketika orang seperti itu telah sempurna didalam perbuatan ini
Baik berkhotbah kepada 4 golongan
Maupun ditempat yang tersembunyi membaca dan menghafalkan sutra itu
Ia selalu akan melihatKu Jika orang seperti itu tinggal ditempat yang tersembunyi
Akan Aku kirimkan para dewa dan raja-raja naga
Para yaksha, iblis, para roh dan lain-lainnya
Untuk menjadi pendengar dari Hukum ini Orang itu akan bergembira berkhotbah tentang Hukum itu
Dan mengajarkannya tanpa mengalami rintangan
Karena para Buddha selalu menjaganya dan memperhatikannya Ia dapat membuat para umat bergembira
Siapapun juga yang akrab dengan pengkhotbah Hukum ini
Akan dengan cepat mencapai jalan kebodhisatvaan
Dan ia yang dapat menjadi seorang murid dari guru itu
Akan melihat para Buddha seperti banyaknya pasir sungai Gangga.”
|
|
BAB XI
MUNCULNYA SEBUAH STUPA
Pada saat itu dihadapan Sang Buddha terdapat sebuah Stupa dari 7 Benda Berharga setinggi 500 yojana dengan panjang dan lebar 250 yojana, yang menjulang tinggi dan bertahta di Antariksha. Stupa itu dihias dengan segala macam benda-benda berharga dan dengan megahnya dipercantik dengan 5000 sandaran, 2000 tempat peristirahatan, serta panji-panji, dan bendera yang tak terhitung jumlahnya tergantungi untaian-untaian permata dengan ribuan koti genta-genta manikam yang digantungkan padanya. Pada setiap sisinya menebarkan bebauan dari harumnya kayu cendana tarnalapattra yang semerbak memenuhi dunia. Semua pita dan tirai-tirainya tersusun dan 7 benda berharga, emas, perak, lapis lazuli, batu-batu bulan, batu-batu mulia. inutiara, dan jasper yang menjulang tinggi mencapai istana-istana dari keempat raja kesurgan. Tiga puluh tiga dewa menaburi bunga-bunga rnandara surga untuk memuliakan Stupa Indah itu. Sedang dewa-dewa yang lain, naga-naga, yaksha, gandharva, asuras, garuda, kimnara. mahoraga, manusia dan yang bukan manusia, seluruh ribuan koti dari para mahluk ini semuanya memuliakan Stupa dengan segala macam bunga, bebauan, karangan-karangan bunga, pita-pita, tirai dan dendang lagu, memuja, memuliakan serta memujinya.
Kemudian dan tengah-tengah Stupa Indah itu terdengar suara lantang yang memuji dan berkata “Bagus sekali Bagus sekali Yang Maha Agung Sakyamuni ! Paduka mampu berkhotbah kepada persidangan agung tentang Sutra Bunga Hukum Yang Menakjubkan dari alam semesta dan kebijaksanaan yang agung, dan dengan Sutra itulah para Bodhisatva diberi petunjuk dan Sutra itu pulalah yang selalu dipelihara dan diperhatikan oleh para Buddha. Begitulah, begitulah, Yang Maha Agung Sakyamuni ! Semua yang Paduka sabdakan adalah benar adanya.” Kemudian keempat golongan yang sedang memandang kearah Stupa Indah yang menjukng tinggi di antariksha serta setelah mendengar suara yang keluar dari Stupa itu, maka semuanya diiputi perasaan sukacita didalam Hukum dan mengagumi kejadian yang tidak pernah terdengar itu, kemudian mereka bangkit dari tempat duduknya serta dengan takzim mengatupkán tangannya dengan menarik diri kesamping. Sementara itu seorang Bodhisatva-Mahasatva yang bernama MAHAPRATIBANA mengetahui adanya kebimbangan dalam hati dari seluruh dunia para dewa, manusia, asura, dan lain-lainnya, maka berkatalah ia pada Sang Buddha dengan bertanya “Yang Maha Agung! Karena apakah maka Stupa ini menjulang tinggi ke angkasa dan dari tengah-tengahnya keluar suara ini ?“ Kemudian Sang Buddha menjelaskan Bodhisatva MAHAPRATIBANA dengan bersabda “Didalam Stupa inilah raga Sang Tathagata bersemayam. Dahulu kala, pada ribuan koti asamkhyeya yang tak terbatas, jauh dibumi sebelah timur sana terdapatlah sebuah kawasan yang bernama RATNAVISUDDHA. Dan didalam kawasan itu adalah seorang Buddha yang bergelar PRABHUTARATNA. Ketika Buddha itu sedang menginjak jalan kebodhisatvaan, ia telah mengucapkan prasetya-agung dengan berkata “Setelah aku menjadi seorang Buddha dan setelah aku moksha, maka dimanapun juga jika didalam negeri di alam semesta ini terdapat suatu tempat dimana Sutra Bunga Hukum dikhotbahkan, maka disitulah Stupaku akan muncul dan menjulang tinggi agar aku dapat mendengarkan Sutra itu dan memberi kesaksian terhadapnya senta memujinya dengan berkata “Bagus sekali !“ Ketika Buddha itu telah menyelesaikan ceramahnya maka saat kemokshaannya pun hampir tiba dan ditengah-tengah para dewa, manusia dan satu kelompok besar, Ia rnewejang para bhiksunya dengan berkata “Siapapun juga yang sesudah kemokshaan nanti ingin memuliakan ragaku rnaka Ia harus mendirikan sebuah Stupa besar.” Dimanapun juga Sutra Bunga Hukum dikhotbahkan didalam dunia dan alam semesta ini, maka Buddha itu dengan daya gaib dari prasetyanya, akan menyebabkan Stupanya berisi seluruh raganya dan melompat kemuka serta memuji Sutra itu dengan berkata “Bagus sekali ! Bagus sekali!“ Wahai MAHAPRATIBANA ! Karena baru sekarang inilah Sang Tathagata PRABHUTARATNA itu mendengar Sutra Bunga Hukum ini dikhotbahkan sehingga Stupanya menjulang tinggi serta Ia memuji Sutra itu dengan berkata :“Bagus sekali Bagus sekali !“ Karena kekuasaan yang hebat dari Sang Tathagata itu, rnaka kemudian Sang Bodhisatva MAHAPRATIBANA berkata kepada Sang Buddha “Yang Maha Agung Kami dengan setulus hati ingin memandang raga Sang Buddha ini.” Sang Buddha menyapa Bodhisatva-Mahasatva MAHAPRATIBANA demikian “Sang Buddha PRABHUTARATNA ini rnempunyai prasetya yang dalam dan agung, yaitu “Bila Stupaku muncul dihadapan para Buddha demi untuk mendengarkan Sutra Bunga Hukum itu dan seandainya dia ingin memperlihatkan ragaku kepada keempat golongan, maka biarlah para Buddha yang telah memancar dari Buddha itu dan mereka yang sedang mengkhotbahkan Hukum disegala penjuru dunia semuanya bersama-sama kembali dan berkumpul di satu tempat, dan sesudah itulah ragaku akan muncul. “ Oleh karenanya, wahai MAHAPRATIBANA, sekarang ini Aku harus mengumpulkan para Buddha yang telah keluar dariku serta mengumpulkan mereka yang sedang mengkhotbahkan Hukum diseluruh penjuru dunia.” Sang MAHAPRATIBANA menjawab Sang Buddha: “Yang Maha Agung ! kami juga ingin melihat para Buddha yang telah keluar dari Yang Maha Agung serta ingin rnemuliakan mereka itu.” Kernudian Sang Buddha memancarkan sinar cahaya dan lingkaran rambut putlh yang terdapat ditengah-tengah alis rnata Beliau, kemudian diarah barat terlihatlah semua para Buddha dalam 500 nibu koti nayuta dan kawasan-kawasan yang jumlahnya seperti pasir-pasir sungai Gangga. Kawasan-kawasan itu bertanah kristal, berpohon permata dan berhias kain-kain yang indah, dipenuhi ribuan koti dari para Bodhisatva yang tak terbatas jumlahnya dan tirai-tirai bertatah manikam membentang diatas mereka teringkupi untaian-untaian permata. Seluruh para Buddha di kawasan itu sedang mengkhotbahkan Hukum dengan suara-suara yang menggairahkan. Beribu-nibu koti dan para Bodhisatva yang tak terhitung jumlahnya juga terlihat memenuhi kawasan-kawasan itu dan sedang berkhotbah kepada orang banyak. Demikian jugalah keadaannya dikawasan selatan, barat dan utara, ditengah-tengah 4 penjuru, di daerah atas dan daerah bawah dan dimanapun jua, semuanya tersinari tanda cahaya dari lingkaran rambut putih. Kemudian para Buddha disegala penjuru itu masing-masing menyapa kelornpok Bodhisatva-Bodhisatvanya dengan berkata : “Putera-putera yang baik Kita sekarang harus pergi menghadap Sang Buddha Sakyamuni di dunia sana dan harus pergi pula untuk memuliakan Stupa lndah dan Sang Tathagata PRABHUTARATNA”. Kemudian dunia saha seketika itu juga menjadi cemerlang dengan lapis lazuli sebagai buminya, terhiasi pepohonan permata dengan pita-pita emas membatasi 8 daerahnya. Disitu tiada satupun pedusunan kecil, perkampungan, desa, kota, lautan-lautan besar, sungai-sungai besar, pegunungan, sungai-sungai kecil, hutan-hutan dan semak-semak. Semuanya terlingkupi asap dupa yang paling harum dan tanahnya tertaburi bungabunga mandarva dengan lapisan jaring dan tirai serta tergantungi berbagai jenis genta-genta yang mempersona. Disana hanya berdiam kerumunan orang-orang yang dikumpulkan karena para dewa dan manusia telah dipindahkan ke negeri lain. Kemudian Buddha-Buddha itu yang masing-masing membawa seorang Bodhisatva agung sebagai pembantunya, telah tiba di dunia saha dan masing-masing pergi kekaki sebuah pohon pemmata. Setiap pepohonan permata itu tingginya 500 yojana yang secara bergantian terhias dengan dedahanan, dedaunan, bebungaan dan buah-buahan. Dibawah pepohonan permata itu terdapat tahta-tahta singa setinggi 5 yojana yang juga terhiasi dengan manikammanikam yang asri dan masing-masing dari para Buddha itu duduk bersila diatas singgasana-singgasana singa ini. Demikianlah keadaan di sekelilingnya, seluruh jutaan dunia terpenuhi oleh para Buddha yang meskipun baru datang dari satu titik batas saja, raga-raga yang telah keluar dari Sang Sakyamuni Buddha belumlah selesai berdatangan. Kemudian Sang Sakyamuni Buddha yang ingin membuat ruangan bagi para Buddha yang telah keluar dari dirinya sendiri, maka diciptakanlah 200 ribu koti dari nayuta kawasan-kawasan disetiap penjuru dunia yang seluruhnya sangatlah indah, tanpa neraka, tanpa jiwa yang haus, hewan maupun asura dan memindahkan para dewa dan manusia-manusianya ke negeri-negeri yang lain. Kawasan-kawasan yang baru saja diciptakan tadi juga berbumi lapis lazuli, serta dipercantik dengan pepohonan permata setinggi 500 yojana yang secara bergantian dihiasi dengan dedahanan, dedaunan, bebungaan dan buah-buahan. Dibawah setiap pepohonan itu terdapat sebuah tahta singa bertatah permata setinggi 5 yojana, dipermolek dengan segala jenis batu-batu manikam. Dikawasan itu tiada satupun lautan besar, sungai besar, ataupun Gunung Mucilinda, Gunung Maha Mucilinda, G.Lingkaran Besi, G.Lingkaran Besi Besar, G. Sumeru dan lain-lain, dan seluruh gunung-gunung besar selalu membentuk satu tanah Buddha. Tanah benlapis permatanya sangat rata dan halus, tenda-tenda berhias manikam terbentang dimana-mana tergantungi pita-pita dan tirai, bebungaan surga yang indah menyelimuti bumi dimanapun juga, sementara dedupaan yang paling harum sedang dibakar. Sang Sakyaniuni Buddha menciptakan 200 ribu koti dari nayuta kawasan-kawasan disetiap 8 penjuru agar para Buddha yang baru saja datang dapat duduk, yang kawasan-kawasan itu seluruhnya begitu indah tanpa adanya neraka, jiwa yang haus, binatang dan asura serta rnemindahkan para dewa dan manusianya ke negeri-negeri yang lain. Kawasan yang diciptakan itu juga berbumi lapis lazuli dan dihiasi pepohonan permata setinggi 500 yojana yang secara bergantian dipercantik dengan dedahanan, dedaunan, bebungaan dan buah-buahan. Disetiap pepohonan itu dibawahnya tendapat sebuah tahta singa setinggi 5 yojana yang terhiasi permata besar. Disana tiada satupun lautan besar, sungai besar, maupun Gunung Mucinda, G. Maha-Mucinda, G. Lingkaran Besi, G. Lingkaran Besi Besar, G. Sumeru dan lain-lainnya, dan pegunungan-pegunungan besar inilah yang selalu membentuk satu tanah Buddha. Bumi berlapis permatanya begitu rata dan halus, tentu berhias manikam membentang dimana-mana tergantungi pita dan tirai, serta bebungaan sunga yang asri menyelimuti bumi dimanapun jua, sementara dupa yang paling harum sedang dibakar. Pada saat itu disebelah timur, raga-raga yang berasal dan Sang Sakyamuni yaitu para Buddha yang sedang mengkhotbahkan Hukum didalam ratusan ribu koti dari nayuta kawasan sebelah timur yang jumlahnya seperti pasir sungai Gangga, telah datang berkumpul. Begitulah secara bergantian seluruh Buddha-Buddha dari 10 penjuru semuanya datang dan berkumpul serta mengambil tempat duduknya masing—masing dalam 8 arah. Kemudian setiap penjuru terpenuhi oleh para Buddha Tathagata dan 400 ribu koti kawasan-kawasannya. Dan sesudah itu semua para Buddha yang masing-masing berada dibawah sebuah pohon permata dan duduk diatas singgasana singa, mengutus pembantu-pernbantunya untuk bertanya pada Sang Sakyamuni Buddha. Masing-masing dari para Buddha itu mempersembahkan dua genggam penuh bunga-bunga permata dan berkata kepada para pembantunya “Putera—putera yang baik Kalian pergi dan kunjungilah Gunung Grdhrakuta tempat bersemayamnya Sang Sakyamuni Buddha dan sesuai dengan pesan kami, maka katakanlah “Apakah Paduka sehat dan baik-baik saja ? Apakah bayu Paduka dalam keadaan sempurna ? Dan apakah seluruh kelompok para Bodhisatva dan sravaka Paduka dalarn kedamaian ?“ Taburilah Sang Buddha dengan takzim dengan bebungaan permata ini dan berkatalah demikian : “Sedemikianlah seorang Buddha bersama-sama berharap agar Stupa Indah ini dibuka.” Seluruh para Buddha mengutus pembantu-pembantunya pula dengan cara yang sama. Kemudian Sang Sakyamuni Buddha yang melihat para Buddha yang telah keluar dariNya itu berkumpul bersama-sama dan masing-rnasing duduk diatas tahta singanya, serta setelah mendengar para Buddha itu secara serempak menginginkan agar Stupa lndah itu dibuka, maka seketika itu juga bangkit dari singgasanaNya dan menjulang di angkasa. Seluruh keempat kelompok itu berdiri dengan mengatupkan tangannya dan dengan penuh perhatian memandang kearah Sang Buddha. Kemudian Sang Sakyamuni Buddha dengan jari tangan kananNya membuka pintu Stupa dari 7 benda berharga itu dan terdengarlah bunyi yang keras seperti bunyi deritnya engsel dari sebuah pintu gerbang kota yang besar ketika dibuka. Kemudian seluruh kelompok melihat Sang Tathagata PRABHUTARATNA duduk diatas tahta singa didalam Stupa Agung itu dengan seluruh raganya yang tenang seolah-olah ia sedang bersemedi. Dan mereka mendengar katanya “Bagus sekali ! Bagus sekali Sang Sakyamuni Buddha ! Segera khotbahkanlah Sutra Bunga Hukum ini. Aku telah datang kemari demi untuk mendengarkan Sutra ini.” Kemudian keempat kelompok setelah melihat Buddha yang telah wafat dan telah moksha selama sekian ribu koti kalpa yang tak tenbatas itu mengucapkan kata-kata seperti ini, semuanya memuji keajaiban yang belum pernah teralami ini serta menaburkan tumpukan-tumpukan bebungaan permata surga diatas Sang Buddha PRABHUTARATNA dan Sang Sakyamuni Buddha. Kemudian Sang Buddha PRABHUTARATNA yang berada didalam Stupa Agung itu memberikan separo singgasananya kepada Sang Sakyamuni Buddha dengan berkata “Wahai Sang Sakyamuni Buddha !” Duduklah disini Kemudian Sang Sakyamuni Buddha memasuki Stupa dan duduk bersila diatas singgasana yang separo itu. Dan pertemuan besar yang rnelihat kedua Tathagata duduk bersila diatas singgasana singa didalam Stupa dari 7 Benda Berharga itu, masing-masing membayangkan demikian, “Kedua Buddha itu sedang duduk ditempat yang begitu tinggi dan jauh. Mungkinkah kedua Tathagata itu dengan kekuasaanNya yang tak terbayangkan akan bersuka hati mengangkat kediaman kita keatas angkasa.” Seketika itu juga, Sang Sakyamuni Buddha dengan kekuatan ghaib beliau menerima seluruh pertemuan agung itu diatas antariksha, dan dengan suara yang agung menyapa keempat kelompok itu seluruhnya bersabda “Siapakah yang mampu menyiarkan Sutra Bunga Hukum Yang Menakjubkan didalam dunia saha ini ? Sekaranglah waktunya, Sang Tathagata tidak akan lama disini, Beliau harus kembali ke nirwana, Sang Buddha ingin mewariskan Sutra Bunga Hukum Yang Menakjubkan ini sehingga Sutra ini akan ada selamanya.” Pada saat itu Yang Maha Agung ingin untuk memaklumkan maksud ini kembali dan bersabdalah Beliau dalarn syair “Tuhan Yang Maha Mulia,
Meskipun sudah lama moksha
Dan didalam Stupa Agungnya,
Telah datang untuk mendengarkan Hukum.
Bagaimana mungkin seseorang tidak menjadi
Bersemangat demi Hukum itu?
Buddha ini telah lama moksha
Selama berkalpa-kalpa yang tak terhitung,
Namun dari tempat ke tempat ia mendengar Hukum,
Karena keanehannya. Buddha itu telah berprasetya,
“Sesudah kemokshaanku,
Aku akan pergi kemanapun jua,
Selamanya untuk rnendengar Hukum ini.”
Dan para Buddha yang tak terhitung,
Berasal dari ragaKu,
Sejurnlah pasir-pasir sungai Gangga,
Telah datang untuk mendengarkan Hukum
Dan melihat Sang Tathagata yang telah moksha itu
Sang PRABHUTARATNA.
Masing-masing, dengan meninggalkan tanahnya yang indah
Dan kelompok para pengikutnya,
Para dewa, manusia dan para naga,
Dan segala persembahan-persem bahan mereka,
Telah datang kemari ketempat ini
Agar Hukum itu dapat tinggal lama. Untuk memberi tempat duduk kepada para Buddha ini’
Dengan kekuasaanKu yang tak tenbayangkan,
Aku telah memindahkan para mahluk yang tak terbatas
Dan membersihkan kawasanKu.
Para Buddha, satu persatu,
Telah datang dibawah pepohonan permata,
Seperti bunga-bunga teratai yang menghiasi
Sebuah kolam yang dingin dan bening.
Dibawah pepohonan pemmata itu,
Diatas tahta-tahta singa,
Para Buddha duduk,
Cemerlang dan megah.
Bagai, dikegelapan malam,
Obor-obor besar berkelip-kelip.
Dan mereka tersebar harumnya keghaiban
Menebar jáuh diseluruh negeri
Semua mahluk menjadi wangi karenanya
Dan mengisi dirinya sendiri dengan kegembiraan;
Bagaikan angin besar
Menghernbus semak-semak yang harum.
Dengan kebijaksanaan ini
Aku membuat Hukum itu tinggal lama.
Kepada pertemuan Agung ini bersabda
“Sesudah kemokshaanKu,
Siapapun juga yang dapat menjaga dan memelihara,
Membaca dan menghafalkan Sutra ini,
Biarlah dia dihadapan Sang Buddha sendiri,
Mengucapkan prasetyanya!
Sang Buddha PRABHUTARATNA,
Telah moksha sekian lama,
Karena prasetya agungnya,
Akan mengucapkan suara Buddha. Biarlah Sang Tathagata PRABHUTARATNA dan juga Aku sendiri
Serta kumpulan para Buddha yang berasal dari badan ku
Mengetahui keputusan ini.
Dari seluruh putera-putera BuddhaKu,
Biarlah ia yang mampu melindungi Hukum,
Mengucapkan prasetya agungnya
Untuk membuat Hukum itu hidup terus!
Ia yang dapat melindungi Hukum dan Sutra ini
Akan layak mendapatkan penghormatan
Ku dan Sang PRABHUTARATNA, Sang Buddha PRABHUTARATNA ini,
Yang tinggal didalam Stupa Agung,
Dan selalu berkelana kemanapun jua, hanya dari Sutra ini.
Beliau terlebih-lebih lagi akan menghormati
Seluruh para Buddha yang berasal dari ragaku,
Yang menghiasi dan membuat rnegah seluruh dunia.
Jika ia mengkhotbahkan Sutra ini,
Maka ia layak melihat Aku,
Dan Sang Tathagata PRABHUTARATNA,
Serta para Buddha yang berasal dariKu. Wahai semua putera-puteraKu yang baik
Biarlah semua orang memenungkannya dengan teliti
lnilah suatu tugas yang berat,
Yang membutuhkan pengambilan sumpah yang agung
Semua Sutra-sutra yang lain,
Sejumlah pàsir-pasir sungai Gangga,
Meskipun seseorang mengajarkannya,
Sulitnya masih juga tak terbayangkan. Seandainya seseorang mengangkat Gunung Sumeru
Dan melemparkannya kenegeri lain
Dari tanah-tanah Buddha yang tak terhitung
jumlahnva, Tidak pula akan sulit. Seandainya seseorang dengan ujung jari kakinya
Memindahkan sejuta dunia
Dan melemparkannya jauh-jauh kenegeri lain,
Itu pula tidak sulit. Seandainya seseorang berdiri di Puncak Seluruh mahluk.
Mengajarkan kepada semua urnat
Sutra-sutra lain yang tak terhitung jumlahnya,
Hal itu iuga tidak sulit. Tetapi jika seseorang sesudah kemokshaan Sang Buddha nanti.
Ditengah-tengah dunia angkara.
Mampu mengkhotbahkan Sutra ini,
Inilah benar-benar berat. Meskipun terdapat seseorang yang
Menggengam langit didalam tangannya
Dan berkelana kian kemari dengan membawa itu,
Hal ini juga tidak sulit. Jika seseorang mengambil bumi yang besar,
Meletakkannya diatas ibu jari kakinya
Dan naik ke surga kaBrahman,
Hal itu juga tidak sukar.
Tetapi sesudah kemokshaan Sang Buddha,
Ditengah-tengah dunia angkara,
Membaca Sutra ini dengan keras meskipun cuma sekejap,
Hal itu benar-benar sulit. Meskipun seseorang di ujung lautan api,
Membawa beban jerami kering,
dan memasukinya tanpa hangus sedikitpun,
Hal itu masih juga tidak sulit.
Tetapi sesudah kemokshaanKu nanti,
Jika seseorang memelihara Sutra ini
Dan memaklumkannya meskipun hanya seorang saja,
Itulah benar-benar sukar. Seandainya seseorang menjaga 84 ribu
Bagian dari Hukum itu dan 12 Bagian Sutra,
Mengajarkannya kepada yang lain,
Dan menyebabkan mereka yang mendengarnya
Memperoleh 6 kemampuan yang tak terbayangkan,
Meskipun ia memiliki kekuatan seperti ini,
Hal itu masih tidak sulit pula.
Tetapi sesudah kemokshaanKu nanti, jika seseorang
Mendengar dan menerima Sutra ini dan meresapi maknanya,
Itulah baru benar-henar sukar. Seandainya seseorang dapat mengkhotbahkan Hukum
Dan membuat ribuan koti,
Mahluk-mahluk hidup yang tak terhitung jumlahnya
Seperti pasir-pasir sungai Gangga, menjadi arhat
Dan sempurna dalam keenam kekuatan yang tak terbayangkan,
Bahkan menganugerahkan jasa seperti ini, masih tetap tidak akan sulit.
Tetapi sesudah kemokshaanKu nanti,
Jika seseorang mampu memelihara Sutra semacam ini,
Hal itu barulah benar-benar sulit Aku, karena jalan keBuddhaan,
Didalam negeri-negeri yang tak terhitung jumlahnya
Dari awal sampai saat ini,
Telah mengkhotbahkan banyak Sutra secara luas;
Tetapi diantara seluruh sutra-sutra itu
Sutra inilah yang paling utama, dan
Jika seseorang mampu memeliharanya,
Maka ia memelihara Raga Sang Buddha. Wahai seluruh putera-puteraKu yang baik!
Biarlah dia, yang sesudah kemokshaanKu,
Mampu menerima dan menjaganya,
Membaca dan menghafalkan Sutra ini,
Sekarang dihadapan Sang Buddha,
Mengucapkan prasetyanya sendiri! Sutra ini begitu sulit dipelihara, Seandainya seseorang menjaganya sementara waktu,
Aku akan bergembira,
Dan begitu juga para Buddha.
Seorang yang seperti ini
Akan dipuji oleh para Buddha;
Orang seperti itu adalah berani;
Orang seperti itu adalah bersemangat;
Orang seperti itu dinamakan Pemelihara Hukum
Dan pelaksana Dhuta;
Dengan segera akan mencapai
Jalan keBuddhaan yang agung. Dia yang didalam generasi mendatang,
Dapat membaca dan menjaga Sutra ini,
Adalah sungguh-sungguh putera Sang Buddha
Berdiam didalam tingkat kebaikan suci Sesudah kemokshaan Sang Buddha,
Dia yang dapat menjelaskan maknanya,
Akan menjadi mata dunia bagi para dewa dan manusia. Dia yang didalam ujung akhir masa ketakutan,
Dapat mengkhotbahkannya rneskipun hanya sebentar,
Oleh para dewa dan manusia akan dimuliakan.
|
|
BAB XII
DEVADATTA
Pada saat itu Sang Buddha menyapa para Bodhisatva, mahluk-mahluk kasurgan dan keempat kelompok itu dengan bersabda “Melalui banyak kalpa yang tak terhitung yang telah lewat, Aku telah mencari Hukum Kesunyataan Sutra Bunga Teratai itu dengan tiada henti-hentinya. Selama banyak kalpa lamanya, Aku menjadi seorang raja dan berprasetya untuk mencari Penerangan Agung dengan hati yang tiada pernah ragu. Karena ingin untuk mewujudkan keenam Paramita, maka sungguh-sungguh Aku berdana dengan setulus hati; gajah-gajah, kuda, 7 benda berharga, negeri-negeri, kota-kota, istri-istri, anak-anak, budak laki-laki dan perempuan, pelayan-pelayan dan pengikut, kepala, mata, sumsum, otak, daging tubuhku, kaki dan tangan serta seluruh jiwa raga Aku danakan. Pada waktu itu masa hidup manusia adalah tanpa batas. Demi untuk Hukum Kesunyataan Sutra Bunga Teratai ini, Aku tinggalkan tahta negeriku dan Aku serahkan pemerintahanKu kepada pangeran agung. Dengan tetabuhan genderang dan permakluman yang menyeluruh, Aku mencari kebenaran dimanapun jua dengan menjanjikan, Siapakah gerangan yang dapat mengajarkan sebuah Kendaraan Agung kepadaKu, maka kepadanya Aku akan mempersembahkan seluruh hidupKu dan menjadi pelayannya.
Ketika itu seorang pertapa datang kepadaKu (sang raja) dan berkata “Hamba mempunyai satu Kendaraan Agung yang disebut Hukum Sutra Bunga Teratai Yang Menakjubkan. Jika paduka mematuhi hamba, maka harnba akan mengajarkannya kepada paduka.” Aku, sang raja, demi mendengar apa yang telah diucapkan oleh Sang Pertapa itu, menjadi berdebar karena kegembiraan yang rneluap-luap dan dengan segera Aku rnengikutinya, melayani segala kebutuhannya, mengumpulkan bebuahan, rnengangsu air, mengumpulkan bahan bakar, rnempersiapkan daharnya dan bahkan menjadikan tubuhKu sebagai tempat duduk dan tempat tidurnya, tetapi meskipun demikian jiwa dan ragaKu tidak pernah merasa letih. Pada saat Aku rnelayani demikian itu, seribu tahun telah berlalu dan karena demi Hukum itu Aku meladeninya dengan bersemangat sehingga ia tidak kekurangan apapun jua.” Kemudian Sang Buddha yang ingin memaklumkan makna ini sekali lagi, kemudian bersabdalah Beliau dalam syair : Teringat aku di kalpa-kalpa yang t‘lah lalu
Ketika aku mencari Hukum Kesunyataan nan agung
Meskipun aku sebagai raja di mayapada ini
Namun aku tiada mendambakan kelima keinginan Dengan dentangan genta kemaklumkan
Hukum Kesunyataan ini kesegala penjuru alam
Siapapun yang memiliki Hukum Kesunyataan ini
Sekiranya ia bersedia mengajarkannya kepadaku
Aku rela mengabdi kepadanya sebagai pelayannya
Kemudian datanglah seorang bijak bestari
Bernama Asita yang datang kepada sang raja
Menyatakan bahwa ia memiliki Hukum tersebut
Yang menakjubkan yang jarang ada di dunia ini
Jika sekiranya Paduka bersedia melaksanakannya
Akan hamba khotbahkan Hukum itu kepada Paduka Setelah mendengar pernyataan pertapa bijak bestari
Terasa kegembiraan bergelora di dalam hatinya
Kemudian ia mengikuti pertapa itu melayaninya
Mempersiapkan segala kebutuhannya segala rupa
Bahan bakar, buah-buahan dan makanan
Dipersembahkannya dengan hormat dan sujud
Aku senantiasa memelihara Hukum Kesunyataan itu
Jiwa dan ragaku tiada merasa letih dalam pengabdianku
Hukum Kesunyataan yang dicari oleh semua mahluk
Kini telah kutemui dan ini bukan untuk pribadiku
Juga bukan semata-mata untuk memuaskan keinginanku Aku raja dan wilayah yang besar
Melalui pencarian penuh semangat
Kini telah menemui Hukum Kesunyataan
Sehingga akhirnya aku menjadi seorang Buddha
Karena itu aku khotbahkan pada kalian
Hukum Kesunyataan Sutra Bunga Teratai ini Sang Buddha bersabda kepada seluruh bhiksu: “Raja dimasa dahulu itu adalah Aku sendiri dan orang bijak pada masa itu adalah Sang Devadatta sendiri. Melalui persahabatan yang baik dan Sang Devadata, Aku dapat menjadi sempurna didalam keenam Paramita, didalam hal keluhuran, welas asih, kebahagiaan dan pikiran bebas, didalam hal ke 32 tanda, 80 jenis keistimewaan, kulit yang berlapis emas, 10 macam kekuatan, ke 4 macam keberanian, ke 4 angger-angger kemasyarakatan, ke 18 ciri-ciri unik yang khusus, kekuatan-kekuatan gaib di jalanan agung, pencapaian Penerangan Agung, dan penyelamatan umat yang menyeluruh, yang semuanya ini semata-mata berkat persahabatan yang baik dan Sang Devadatta.” Aku nyatakan kepada kalian keempat kelompok: “Sang Devadatta nanti, sesudah kemangkatannya dan sesudah sekian kalpa yang tak terhitung berlalu, akan menjadi seorang Buddha yang bergelar Devaraga, Yang Maha Mulia, Bijaksana, Yang Telah Mencapai Penerangan Agung, Yang Telah Mencapai Kebebasan Yang Sempurna, Maha Tahu Tentang Dunia, Pemimpin Yang Tiada Tara, Maha Pengatur, Guru dari Para Dewa dan Manusia, Sang Buddha, Yang Maha Agung, dan yang dunianya akan disebut Devasopanna. Pada saat itu Sang Devaraga akan tinggal di dunia selama 20 kalpa sedang. Beliau akan mengkhotbahkan Hukum Yang Menakjubkan secara luas kepada seluruh umat, dan para rnahluk hidup yang banyaknya seperti pasir-pasir dari sungai Gangga yang akan mencapai ke arhatan; para umat yang tanpa hitungan jumlahnya akan mencurahkan diri pada kepratyekabuddhaan; dan para mahluk hidup yang jumlahnya seperti pasir-pasir dari sungai Gangga, mencurahkan diri pada Jalan Agung, akan mencapai kepastian untuk tidak terlahir kernbali dan mereka akan mencapai tingkatan yang tiada akan jatuh kembali pada kehidupan yang tidak kekal. Kemudian sesudah parinirvana dari Sang Devaraga, Hukum yang Benar ini akan tinggal di dunia selama 20 kalpa sedang. Sebuah stupa dari 7 Benda Berharga akan didirikan setinggi 60 yojana, dengan lebar dan panjang 40 yojana bagi abu relik seluruh badannya. Semua para dewa dan manusia akan memberikan penghormatan dengan takzim dan memuja stupa dari 7 Benda Berharga itu dengan beraneka ragam bebungaan, bubuk cendana, dedupaan, minyak harum, pakaian-pakaian, karangan-karangan bunga, panji-panji, bendera-bendera, tirai-tirai bertatah manikam, dendang dan lagu.
Beribu-ribu mahluk yang tak terhitung jumlahnya akan mencapai kearhatan; para mahluk hidup akan tergugah untuk menjalankan kepratyekabuddhaan: dan para mahluk yang tak terbilang banyaknya akan terbangkit menuju Bodhi serta mencapai tingkat yang tidak akan jatuh kembali pada kehidupan yang tidak kekal.” Sang Buddha bersabda kepada para bhiksu : “Seandainya didalam dunia yang mendatang terdapat putera ataupun puteri yang baik, yang mendengarkan Hikmah Sang Devadatta tentang Hukum Sutra Bunga Teratai Yang Menakjubkan ini, dengan hati yang bersih dan penghormatan karena keyakinan serta tiada rasa bimbang sedikitpun, maka orang seperti ini tidak akan terjatuh kedalam neraka atau menjadi seorang yang berjiwa tanha maupun menjadi seekor hewan, tetapi ia akan terlahir dihadapan para Buddha dan alam semesta. Dimanapun juga ia terlahir, ia akan selalu mendengar Sutra ini. Dan jika ia terlahir diantara para dewa dan manusia, maka ia akan menikmati kebahagiaan yang tak ada taranya. Bagi Sang Buddha yang menyaksikan kelahirannya, maka kelahirannya haruslah melalui permunculan dari sebuah bunga teratai.” Pada saat itu seorang pelayan Bodhisatva yang bernama Pragnakuta. dari kawasan bawah bumi yang bernama Prabhutaratna, berkata pada Sang Buddha, “Marilah kita kembali ke negeri kita sendiri !“ Tetapi Sang Buddha Sakyamuni bersabda pada sang Pragnakuta, “Putera yang baik, Tunggulah sebentar ! Inilah Sang Bodhisatva Manjusri. Temuilah dia dan berdiskusilah dengannya mengenai Hukum Yang Menakjubkan dan setelah itu kembalilah ke negerimu sendiri.” Kemudian Sang Manjusri, sambil duduk diatas setangkai daun bunga teratai sebesar roda kereta dengan ditemani oleh para bodhisatva yang juga duduk diatas bunga-bunga teratai bertatah permata, tanpa dibantu siapapun muncul dari dalam samudra luas keluar dari istana Raja Naga Sagara. Dengan membumbungkan tempatnya ke atas angkasa, ia menuju ke Puncak Gunung Gridhrakuta, kemudian ia turun dari daun bunga teratainya dan pergi menghadap Sang Buddha Sakyamuni dan Prabhutaratna serta dengan takzimnya bersujud dikaki kedua Yang Maha Agung itu. Ketika ia telah selesai menyatakan penghormatannya, kemudian ia menemui Sang Bodhisatva Pragnakuta. Dan sesudah saling menanyakan kesehatan masing-masing, kemudian mereka mengundurkan diri dan duduk pada satu sisi. Sang Bodhisatva Pragnakuta bertanya pada Sang Manjusri : “Tuan yang bijaksana ! Sejak engkau pergi ke istana Naga, berapa banyak mahlukkah yang telah engkau takbiskan?“ Sang Manjusri pun menjawab “Jumlah mereka tidak terbatas, tiada lagi dapat dihitung ataupun diutarakan dalam kata-kata, maupun dibayangkan. Tunggu sajalah sebentar ! Seseorang pasti datang membawa bukti.” Belum selesai ia berbicara, para Bodhisatva yang tak terhitung jumlahnya, sambil duduk diatas bunga-bunga teratai bertatah manikam muncul dari dalam samodra menuju Puncak Gunung Gridhrakuta dan terbang keatas angkasa. Semua Bodhisatva-Bodhisatva ini telah ditakbiskan dan diselamatkan oleh Sang Manjusri dan seluruhnya telah menjadi sempurna dalam Dharma Bodhisatva dan mereka bersama-sama membicarakan serta mengajarkan ke 6 Paramita. Mereka yang berada di langit yang semula menjadi sravaka, masing-masing mengisahkan perbuatan-perbuatan sravaka mereka yang terdahulu. Sekarang mereka semua telah melaksanakan prinsip-prinsip keagamaan dari Kendaraan Agung. Kemudian berkatalah Sang Manjusri pada Sang Bodhisatva Pragnakuta “Demikianlah hasil ceramah ajaranku didalam samudra.” Kemudian Sang Bodhisatva Pragnakuta memujanya dalam syair : “Paduka yang maha bijak, arif, berani serta perkasa
Engkau telah mentakbiskan para umat yang tak terhitung jumlahnya,
Seperti pertemuan agung sekarang ini
Telah aku lihat seluruhnya.
Mewejangkan pokok-pokok Kesunyataan
Dan mengajarkan Hukum Kendaraan Tunggal,
Begitu besarnya jumlah mahluk yang telah engkau pimpin
Untuk mencapai Bodhi dengan cepat.” Sang Manjusri menjawab “Yang selalu aku permaklumkan di tengah-tengah samudra tiada lain kecuali Hukum Kesunyataan Sutra Bunga Teratai Yang Menakjubkan.” Sang Pragnakuta Bertanya pada Sang Mansjuri “Sutra ini sangat dalam dan halus serta merupakan mutiara dari segala Sutra, suatu hal yang langka didalam dunia. Apakah terdapat seorang yang dengan rajin dan bersemangat menjalankan Sutra ini dapat mencapai kebuddhaan dengan cepat ?” Sang Manjusri memberi jawaban, “Adalah seorang puteri dari Raja Naga Sagara yang baru berusia 8 tahun, bijak dan cerdas, memahami dengan baik tentang karma yang timbul dan akar-akar tindakan seluruh mahluk. Dia telah mencapai dharani dan telah mampu menerima serta memelihara segala kekayaan yang paling dalam dan yang bersifat kebatinan yang telah diajarkan oleh para Buddha, dan dia telah pula menguasai meditasi dengan dalam serta meresapi seluruh hukum-hukum. Dalam sekejap mata, dia mencapai Bodhi dan mencapai tingkat yang tidak pernah akan terlahir kembali. Ia memiliki daya penjelasan yang tidak meragukan lagi dan memiliki jiwa yang welas asih pada semua umat seakan-akan mereka itu puteranya sendiri. Jasa-jasanya sangat sempurna dan perasaan jiwa serta uraian-uraian yang keluar dari mulutnya, keduanya sangat halus dan agung. Dia berwatak lemah lembut dan welas asih, arif dan sederhana, luhur dan berbudi dan ia telah dapat mencapai Bodhi.” Sang Bodhisatva Pragnakuta berkata “Aku telah menyaksikan betapa Sang Sakyamuni Buddha selama berkalpa-kalpa yang tanpa hitungan telah melakukan dharma yang berat dan penuh derita, menimbun jasa dan menumpuk kearifan, mencari jalan Bodhi dengan tiada henti-hentinya serta tanpa istirahat. Aku telah mengetahui bahwa didalam jutaan dunia tidak terdapat setitikpun kawasan walau sebesar biji benih dimana Beliau tidak mencurahkan jiwa dan raganya sebagai seorang Bodhisatva, yang semuanya ini karena demi para umat. Dan hanya sesudah melaksanakan hal sedemikianlah Beliau baru mencapai Bodhi. Jadi merupakan hal yang sulit dipercaya bahwa gadis ini dapat mencapai penerangan agung hanya dalam waktu yang begitu singkatnya.” Sebelum ia selesai berkata, puteri dari Sang Raja Naga tiba-tiba muncul dihadapan mereka dan setelah rnenghormat Sang Buddha dengan takzimnya, kemudian menarik diri kesamping dan memujaNya dalam syair: Betapa dalamnya pandangannya
Tentang dosa dan kemarahan
Namun Beliau terus menerangi semesta ini
Dengan jiwanya yang demikian halus dan suci
Memiliki 32 tanda yang maha sempurna
Bersama ke 80 jenis keistimewaan
Demikianlah rohaninya telah dihiasiNya
KepadaNya para Dewa dan manusia memuja Para Naga dan mahluk halus bersujud
Segala macam mahluk hidup memuliakannya
Kemudian setelah mendengar Kebenaran itu
Aku akhirnya mencapai Penerangan Agung
Yang hanya disaksikan oleh Sang Buddha
Akan kubabarkan ajaran Kendaraan Agung ini
Untuk membebaskan seluruh umat dan derita Kemudian sang Sariputra berkata kepada puteri naga itu, “Engkau menyatakan bahwa dalam waktu yang begitu singkat engkau telah mencapai Kebijaksanaan Agung. Hal ini sangat sulit dipercaya, karena betapapun juga tubuh seorang wanita adalah kotor dan tidak merupakan kendaraan bagi Hukum Kesunyataan ini. Bagaimana mungkin ia dapat mencapai Bodhi Agung? Jalan kebuddhaan adalah sangat luas sehingga hanya setelah melewati banyak kalpa yang tanpa hitungan, menahan kesengsaraan, mengumpulkan darma-darma baik, dan melaksanakan kesempurnaan dengan sempurna, maka barulah Bodhi Agung itu dapat dicapai. Apalagi seorang wanita yang tubuhnya masih rnempunyai 5 rintangan yaitu pertama ia tidak dapat mencapai tingkat kabrahman, kedua yaitu tingkat Indra, ketiga yaitu raja mara, ke-empat yaitu raja tingkat Cakravartin, dan kelima adalah seorang Buddha. Lalu bagaimana mungkin tubuh seorang wanita dapat menjadi seorang Buddha dengan begitu cepatnya ?“ Pada saat itu sang puteri naga mempunyai sebuah mutiara indah seharga jutaan dunia yang ia acungkan dan ia persembahkan kepada Sang Buddha dan Sang Buddha pun menerimanya dengan segera. Kemudian sang puteri naga berkata pada Bodhisatva Pragnakuta dan pada Sariputra yang agung, “Aku telah mempersembahkan mutiaraku dan Yang Maha Agung pun telah menerimanya. Apakah tindakan tadi berjalan dengan cepat ? Mereka menjawab “Sangat cepat.” Sang puteri berkata pula “Dengan kekuatan gaib kalian lihatlah aku menjadi seorang Buddha yang bahkan lebih cepat dari tindakan tadi !“ Pada saat itu seluruhnya pertemuan melihat sang puteri naga menjelma dengan tiba-tiba menjadi seorang pria yang sempurna darma Bodhisatvanya, yang dengan segera pergi ke Dunia Yang Tiada Berbatas dikawasan selatan, dimana ia duduk diatas sebuah bunga teratai indah dan mencapai Penerangan Agung dengan 32 tanda serta 80 jenis keistimewaan dan secara menyeluruh memaklumkan Hukum Yang Menakjubkan kepada semua umat di alam semesta. Kemudian alam semesta para Bodhisatva, sravaka, 8 kelompok dari para dewa dan para naga, manusia dan yang bukan manusia, semuanya melihat dari kejauhan puteri naga menjadi seorang Buddha dan secara menyeluruh rnengkhotbahkan Hukum Kesunyataan kepada para dewa, manusia dan lain-lainnya diantara pertemuan itu. Semuanya diliputi kegembiraan yang besar dan melakukan penghormatan dari kejauhan. Orang-orang yang tak terhitung jumlahnya ketika mendengar khotbahnya tentang Hukum itu, semuanya menjadi paham dan mencapai tingkatan yang tidak akan lahir kembali ke kehidupan yang tidak kekal. Orang-orang yang tak terhitung jumlahnya itu juga menenima penetapan mereka untuk mencapai Jalan Agung. Dunia Yang Tanpa Batas itu membuat gerakan 6 kali lipatan. Tiga ribu umat didalam alam semesta mendapatkan kepuasannya dalam Anutpattika Dharmahsanti, sedangkan tiga ribu umat mencurahkan pikiran mereka pada Bodhi serta memperoleh penetapannya. Sang Bodhisatva Pragnakuta dan sang Sariputra serta seluruh pertemuan itu, semuanya mempercayainya dengan diam-diam. |
|
|
|
|
|
|