bab22-24

BAB XXII
AKHIR PASAMUAN

Pada saat itu Sang Sakyamuni Buddha bangkit dari tempat duduk HukumNya untuk memperlihatkan kekuatan ghaib, dan meletakkan tangan kananNya diatas kepala-kepala dari para Bodhisatva-Mahasatva yang tak terhitung jumlahnya sera bersabda demikian :
“Selama ratusan ribu koti asamkhyeya kalpa yang tanpa hitungan, Aku telah melaksanakan Hukum Penerangan Agung yang aneh ini. Sekarang Aku percayakan kepada kalian. Sebar luaskanlah Hukum ini dengan sepenuh hati kalian dan tingkatkan serta suburkanlah di seluruh pelosok alam semesta.”
Dengan sikap yang sama, sebanyak tiga kali Beliau meletakkan tanganNya diatas kepala para Bodhisatva-Mahasatva dan bersabda demikian :”Selama ratusan ribu koti asamkhyeya kalpa yang tanpa hitungan telah Aku jalankan Hukum Penerangan Agung yang aneh ini. Sekarang Aku percayakan Hukum itu kepada kalian. Terimalah dan peliharalah, baca dan hafalkanlah serta maklumkanlah Sutra ini secara luas sehingga semua umat seluruhnya dapat mendengar dan mengetahuinya. Karena Sang Tathagata adalah maha pengasih dan penyayang, tidak loba dan tidak kikir, Beliau mampu dengan tiada gentar memberikan kebijaksanaan Sang Buddha, kebijaksanaan Sang Tathagata, dan kebijaksanaan Pribadi Diri kepada semua mahluk hidup. Ikutilah dan pelajarilah juga contoh-contoh Sang Tathagata untuk tidak menjadi manusia loba dan kikir.
Jika didalam masa-masa yang mendatang terdapat putera maupun puteri yang baik yang mempercayai kebijaksanaan Tathagata, maka maklumkanlah Sutra Bunga Hukum ini kepada mereka sehingga mereka dapat mendengar dan mengetahuinya agar supaya mereka semua dapat memperoleh kebijaksanaan Sang Buddha. Seandainya terdapat para umat yang tidak mempercayainya, kalian perlihatkanlah dan ajarilah, selamatkan dan gembirakanlah mereka dengan hukum-hukum Sang Tathagata lainnya yang penuh kebijaksanaan. Jika kalian mampu berbuat demikian, maka kalian telah membalas kemarahan para Buddha.”
Setelah para Bodhisatva-Mahasatva ini mendengar wejangan yang diberikan oleh Sang Buddha itu, mereka diliputi kegembiraan yang meluap-luap serta menghormatiNya dengan membungkukkan tubuh dan menundukkan kepala, dan dengan tangan terkatup mereka memuji Sang Buddha dengan berbareng :” Kami semua akan melaksanakan apa yang Engkau titahkan. Wahai Yang Maha Agung ! Janganlah Engkau khawatir.” Dengan sikap yang sama, para Bodhisatva-Mahasatva ini berkata dengan suara bulat sebanyak tiga kali:” Kami akan melaksanakan apa yang Engkau titahkan. Wahai Yang Maha Agung ! Janganlah Engkau khawatir.”
Kemudian Sang Sakyamuni Buddha menitahkan semua Buddha yang telah datang dari segala penjuru agar masing-masing kembali ketanahnya sendiri-sendiri seraya bersabda : “Wahai para Buddha ! Sejahteralah kalian. Biarlah Stupa dari Prabhutaratna berlimpah kembali seperti semula.”
Ketika kata-kata ini terucapkan, ribuan para Buddha yang telah datang dari segala penjuru yang sedang duduk diatas tahta-tahta singa dibawah pepohonan permata begitu juga Sang Buddha Prabhutaratna, kelompok para Bodhisatva yang jumlahnya sebanyak asamkhyeya yang tak terbatas, Sang Visishtakaritra serta lain-lainnya, juga keempat kelompok pendengar, Sang Sariputra dan lain-lainnya, serta seluruh dunia para dewa, manusia, asura dan sebagainya, demi mendengar khotbah Sang Buddha itu, semuanya sangat bersuka-cita.




BAB XXIII
BODHISATVA BAISAJARAGA

Pada saat itu Sang Bodhisatva Naksatraragasankusumitabhigna menyapa Sang Buddha seraya berkata : "Yang Maha Agung ! Mengapa Sang Bodhisatva Baisajaraga berkelana didalam dunia saha ini ? Yang Maha Agung ! Alangkah banyaknya penderitaan yang jumlahnya sampai beratus ribu koti nayuta yang harus ditanggung oleh Sang Baisajaraga ! Akan menjadi sempurnalah kiranya, duhai Yang Maha Agung ! Seandainya Engkau menjelaskannya meskipun hanya sekulumit saja sehingga para dewa. Mahluk-mahluk naga, yaksa, gandharva, asura, garuda, kimnara, mahoraga, manusia dan bukan manusia serta para Bodhisatva yang telah datang dari negeri-negeri lain, akan bergembira semuanya setelah mendengarnya."
Kemudian Sang Buddha menyapa Sang Bodhisatva Naksatraragasankusumitabhigna : "Dahulu kala, pada ribuan kalpa yang tak terhitung yang jumlahnya sebanyak pasir-pasir dari sungai Gangga yang telah lalu, adalah seorang Buddha yang bergelar Kandravimala- suryaprabasasri. Yang Maha Mulia, Maha Bijaksana, Yang Telah Mencapai Penerangan Agung, Yang Telah Mencapai Kesempurnaan, Maha Tahu Tengtang Dunia, Pemimpin Yang Tiada Tara, Maha Pengatur, Guru dari para dewa dan manusia, Sang Buddha, Yang Maha Agung. Buddha itu memiliki 80 koti Bodhisatva-Mahasatva agung dan sekelompok besar para sravaka yang jumlahnya seperti pasir-pasir dari 72 sungai Gangga. Masa hidup Buddha itu ialah 42 ribu kalpa dan masa hidup dari para Bodhisatva-nya juga selama itu.
Didalam kawasannya tidak terdapat seorang wanitapun, neraka, iblis-iblis lapar, hewan, asura dan kesengsaraan. Tanahnya datar seperti telapak tangan manusia dan terbuat dari lapis lazuli, terhias dengan pepohonan permata, terselimuti oleh tirai-tirai manikam, digantungi dengan bendera-bendera bebungaan permata, pot-pot kembang dan anglo-anglo bertatah permata terlihat di seluruh pelosok negeri itu.
Terdapat juga teras-teras yang terbuat dari 7 benda berharga dengan pepohonan disetiap terasnya dimana pohon itu berjarak satu jangkauan anak panah penuh dari teras tadi.
Dibawah pepohonan permata ini duduklah para Bodhisatva dan sravaka. Diatas masing-masing mimbar ini terdapat seratus koti para dewa yang sedang mengalunkan dendang dan lagu pujian kasurgan untuk memuliakan Buddha itu. Kemudian Buddha itu mengkhotbahkan Hukum Sutra Bunga Teratai kepada Bodhisatva Sarvasattvapriyadarsana dan seluruh para Bodhisatva serta kelompok para sravaka.
Sang Bodhisatva Kecantikan ini telah menikmati khotbah tentang penderitaan dan didalam Hukum dari Sang Buddha Kandravimilasuryaprabasasri, ia telah membuat kemajuan dengan penuh semangat dan dengan sepenuh hatinya ia mengembara kesana kemari untuk mencari Sang Buddha selama 12 ribu tahun penuh, dimana sesudah itu ia mencapai tingkat samadhi Sarvarupasandarsana. Setelah mencapai perenungan ini hatinya menjadi sangat bergembira dan membayangkan demikian :"Hasil perenunganku sampai tingkat Samadhi Sarvarupasandarsana ini semata-mata hanyalah berkat kekuatan yang timbul dari mendengarkan Hukum Sutra Bunga Teratai. Oleh karenanya, biarlah aku sekarang memuliakan Sang Buddha Kandravimalasurya Prabasasri dan Hukum Sutra Bunga Teratai ini." Tidak lama setelah ia memasuki perenungan itu, kemudian dari langit hujan bertaburan bunga-bunga mandarava, bunga-bunga maha-mandarava dan 5 macam serbuk kayu cendana yang keras dan hitam yang semuanya ini memenuhi angkasa dan turun sepeti segumpal awan. Juga ditaburkan dedupaan dari kayu cendana Urugasara yang 6 karsha dari dedupaan ini berharga satu dunia saha. Semuanya ini ia lakukan demi untuk memuliakan Sang Buddha itu.
"Setelah membuat persembahan ini,kemudian ia bangkit dari perenungan itu dan berpikir dalam hatinya :"Meskipun dengan kekuatan ghaibku aku telah memuliakan Sang Buddha, tetapi hal itu tidaklah sebaik membuat persembahan dengan tubuhku sendiri."
Kemudian ia dahar beberapa macam dedupaan, yaitu dedupaan dari kayu cendana, kunduruka, turushka, prikka, kayu gaharu dan damar, serta meminum pula sari minyak bunga cempaka dan bunga-bunga lainnya. Sesudah 1200 tahun penuh, kemudian ia melumasi tubuhnya dengan salep-salep harum, dan dihadapan Sang Buddha Kandravimalasuryaprabasasri ia mengenakan pakaian kasurgan yang indah serta mandi didalam minyak wangi dan dengan seluruh daya ghaibnya, ia membakar sekujur tubuhnya sendiri. Kilau sinarnya menerangi seluruh alam semesta yang jumlahnya seperti pasir-pasir dari 80 koti sungai-sungai Gangga, dan para Buddhanya secara serempak memujinya seraya berkata : "Bagus, bagus ! Putera yang baik ! Inilah semangat yang nyata yang disebut Penghormatan Hukum Yang Benar bagi Sang Tathagata. Segala persembahan yang berupa bebungaan, wewangian, kalung-kalung, dedupaan, serbuk cendana, salep-salep obat, bendera dan tirai-tirai sutera surga serta kayu cendana Uragasara, semuanya tidak dapat mengimbanginya. Begitu pula persembahan-persembahan yang berupa derma, negeri, kota, istri dan anak, semua persembahan-persembahan ini tidak dapat menyamainya.
Wahai puteraKu yang baik ! Inilah yang disebut persembahan yang paling agung, persembahan yang maha luhur dan mulia, karena inilah persembahan hukum bagi para Tathagata." Sesudah mengucapkan pernyataan ini semuanya diam kembali.
"Tubuhnya menyala terus selama 1200 tahun dan sesudah itu mokshalah tubuhnya."
"Setelah Sang Bodhisatva Sarvasattvapriyadarsana selesai membuat persembahan Hukum semacam itu, maka disaat kemokshaannya ia terlahir kembali dalam kawasan Sang Buddha Kandravimalasuryaprabasari yang secara tiba-tiba ia terjema dalam keadaan duduk bersila di kediaman Sang Raja Vimaladatta yang menjadi ayahnya dimana ia segera berkata dalam syair "
"Ketahuilah, wahai raja agung !
Pada saat berada di tempat kediaman lain,
Dengan segera aku mencapai tingkat Samadhi
Sarvarupasandarsana,
Dan dengan tulus ikhlas melaksanakan darma dari semangat yang agung,
Dengan cara mengorbankan tubuh yang aku cintai."
"Setelah mengucapkan syair ini, kemudian ia berkata kepada ayahnya :"Sang Buddha Kandravimalasuryaprabasasri masih tetap ada seperti dahulu kala. Sesudah membuat penghormatan utama kepada Buddha itu, aku mencapai dharani dari Menafsirkan Ucapan-ucapan semua mahluk dan lebih-lebih lagi aku telah mendengar Sutra Bunga Hukum ini sebanyak 800 ribu koti nayuta, kankara, bimbara, dan akshobya syair. Wahai Raja Agung ! Aku harus kembali sekarang dan memuliakan Buddha itu."
Sesudah mengucapkan ini, kemudian ia mengambil tempat duduknya diatas menara 7 benda berharga dan membumbung ke angkasa setinggi 7 pohon tala. Ketika ia sampai pada Buddha itu, kemudian ia bersujud dikakinya serta mengatupkan sepuluh jarinya dan memuja Buddha itu dalam syair :
"Raut wajah yang sangat mengagumkan,
Cemerlangnya menerangi alam semesta,
Dahulu kala aku memuliakanmu,
Sekarang aku kembali lagi untuk memandangmu."
"Setelah Sang Bodhisatva Sarvasattvapriyadarsana selesai mengucapkan syair ini, kemudian berkatalah ia kepada Buddha itu :"Yang Maha Agung ! Yang dihormat dunia masih tetap berada didalam dunia."
"Kemudian Sang Buddha Kandravimalasuryaprabasasri menyapa Sang Bodhisatva Sarvasattvapriyadarsana :"PuteraKu yang baik ! Saat nirvanaKu telah tiba. Saat kemokshaanKu telah datang. Engkau aturlah tempat tidurKu. Malam nanti Aku akan memasuki parinirvana." Kembali Beliau mengutus Sang Bodhisatva Sarvasattvapriyadarsana :"PuteraKu yang baik ! Aku percayakan Hukum Buddha kepadamu dan Aku serahkan pula kepadamu seluruh Bodhisatva-Bodhisatva dan pengikut-pengikut utamaKu, Hukum Penerangan AgungKu dan jutaan duniaKu yang terbuat dari 7 benda berharga bersama dengan pepohonan permata dan menara manikamnya serta seluruh pelayan-pelayanKu. Aku percaya juga kepadamu segala peninggalan-peninggalan relik apapun yang ada sesudah kemokshaanKu. Biarlah mereka menyebar dan memuliakannya sampai jauh dan biarlah ribuan stupa didirikan pula."
Setelah Sang Buddha Kandravimalasuryaprabasasri selesai menitahkan Sang Bodhisatva Sarvasattvapriyadarsana sedemikian itu, kemudian dipenghujung malam masuklah dia kedalam nirvana.
"Ketika Sang Bodhisatva Sarvasattvapriyadarsana melihat bahwa Sang Buddha itu telah moksha, hatinya menjadi sangat berkabung, sangat terharu dan berduka-cita seta menyesalinya. Kemudian ia menumpuk bahan bakar dari kayu cendana Uragasara dan setelah menghormati jasad Buddha itu lalu ia membakarnya.
Sesudah sang api padam, ia mengumpulkan abu-abu peninggalannya dan membuat 84 ribu mangkok-mangkok indah serta mendirikan 84 ribu stupa setinggi 3 lipatan dunia yang dihias dengan menara panji-panji,digantungi dengan bendera dan tirai-tirai serta genta-genta indah. Kemudian Sang Bodhisatva Sarvasattvapriyadarsana membayangkan lagi didalam hatinya : "Meskipun aku telah melakukan penghormatan seperti ini, namun hatiku belumlah merasa puas. Baiklah aku tetap memuliakan peninggalan-peninggalanNya lebih jauh lagi."
Kemudian ia menyapa para Bodhisatva, pengikut-pengikut utama, begitu pula para dewa dan para naga, para yaksha dan seluruh kelompok seraya berkata :"Kalian perhatikanlah dengan sepenuh hati karena sekarang ini aku akan memuliakan peninggalan Sang Buddha Kandravimalasuryaprabasasri." Setelah berkata demikian ini, kemudian didepan 84 ribu stupa ia membakar tangannya bersama dengan ratusan tanda-tandanya yang indah dan selama 72 ribu tahun ia memuliakannya dan mengasuh sekelompok para pencahari kesravakaan yang tak terhitung jumlahnya serta meneguhkan iman dari ribuan asamkhyeya orang agar mereka itu mencapai Penerangan Agung dan membuat semuanya tinggal didalam perenungan dari Samadhi Sasvarupasandarsana.
"Kemudian seluruh para Bodhisatva, para dewa, manusia, asura dan lain-lainnya, demi melihat dia tanpa tangan lagi, semuanya sangat berduka, bersedih dan bersusah hati seraya berkata :" Sang Bodhisatva Sarvasattvapriyadarsana ini adalah benar-benar guru dan pembimbing kita, tetapi sekarang tangannya telah musnah terbakar dan jasmaninyapun telah menjadi rusak pula." Kemudian Sang Bodhisatva Sarvasattvapriyadarsana berprasetya didalam persidangan agung itu:" Setelah mengorbankan kedua belah tanganku, maka aku akan benar-benar memperoleh tubuh emas seorang Buddha. Jika keyakinan ini benar adanya dan tidak meleset, maka baiklah kedua belah lenganku ini kembali sempurna seperti sediakala." Begitu ia selesai mengucapkan prasetya ini, kedua belah lengannya menjadi sempurna kembali dengan sendirinya, dan hal ini membuat semua orang yang menyadari keistimewaan dari kebijaksanaan dan keluhuran yang tiada cela dari sang Bodhisatva ini. Pada saat itu juga jutaan dunia bergoncangan dalam 6 cara dan sang langitpun menghujani aneka ragam bebungaan, para dewa serta para manusia semuanya memperoleh apa yang belum pernah mereka dapatkan."
Kemudian Sang Buddha menyapa Sang Bodhisatva Naksatraragasankusumitabhigna :" Pendapat apakah yang ada dalam pikiranmu, adakah Sang Bodhisatva Sarvasattvapriyadarsana itu orang lain adanya ? Sesungguhnyalah dia itu Sang Bodhisatva Baisajaraga. Persembahan dan pengorbanan dirinya sangat begitu tak terbatas sampai ratusan ribu koti nayuta seperti ini.
Wahai Naksatraragasankusumitabhigna ! Jika terdapat seseorang yang dengan sepenuh hatinya berkehendak dan bertujuan untuk mencapai Penerangan Agung dan ia mampu membakar jari-jari tangannya atau bahkan ibu jari kakinya untuk memuliakan stupa Buddha, maka ia akan melampaui dia yang memuliakan stupa dengan negeri-negeri, kota, istri dan anak-anak, serta jutaan dunianya bersama seluruh gunung-gunung, hutan-hutan, sungai, kolam dan segala sesuatunya yang sangat berharga.
"Lagi, jika terdapat seseorang yang mempersembahkan jutaan dunia yang penuh dengan 7 benda-benda berharga untuk memuliakan para Buddha, Bodhisatva-Bodhisatva agung, pratyekabuddha dan para arhat, maka pahala yang diperoleh orang ini tidaklah mampu mengimbangi kebahagiaan dari mereka yang menerima dan memelihara meskipun hanya 4 untai dari sebuah bait syair Sutra Bunga Teratai ini.
"Wahai Raja Naksatraragasankusumitabhigna ! Bayangkanlah saja, seandainya diantara saluran-saluran air, sungai-sungai kecil, sungai, hulu dan semua air-air yang lain, maka lautlah yang paling luas. Begitu jugalah dengan Hukum Sutra Bunga Teratai ini. Diantara segala sutra yang telah dikhobahkan oleh para Tathagata, Hukum Sutra Bunga Teratai inilah yang Paling dalam dan yang paling agung. Dan demikian juga Diantara semua pegunungan-pegunungan yaitu pegunungan bumi, Gunung-gunung Hitam, Gunung-gunung Lingkaran Besi Kecil, Gunung-gunung Lingkaran Besi Besar, dan 10 pegunungan indah serta pegunungan-pegunungan lainnya, maka Gunung Sumerulah yang paling tinggi. Demikian jugalah dengan Sutra Bunga Hukum ini. Diantara segala sutra-sutra, Hukum Sutra Bunga Teratai inilah yang tertinggi. Begitu juga diantara semua bintang-bintang, Rembulan yang megah sajalah yang paling besar dan demikian pulalah dengan Hukum Sutra Teratai ini.
Diantara ratusan ribu koti dari segala jenis sutra hukum, maka Sutra Bunga Teratai inilah yang paling cemerlang. Lebih jauh lagi seperti halnya sang Surya jelita yang mampu menyirnakan semua kegelapan, maka begitu jugalah Hukum Sutra Bunga Teratai ini yang mampu pula memusnahkan segala kegelapan yang nista. Lagi, diantara semua raja-raja kecil, maka raja pemutar roda sucilah yang paling agung dan demikian pulalah Hukum Sutra Bunga Teratai ini yang diantara segala sutra merupakan Sutra yang termulia. Lagi, seperti halnya Sang Sakra yang maha mulia diantara dewa dari ke 33 surga, maka demikian jugalah dengan Sutra ini yang merupakan raja dari segala sutra. Lagi, seperti halnya Raja Surga Brahma Sahampati yang merupakan bapak dari seluruh orang arif dan bijak, bapak dari mereka yang masih berada dibawah asuhan maupun yang tidak lagi dibawah asuhan dan bapak dari mereka yang berjiwa Bodhisatva. Lagi seperti halnya dari antara orang awam, srotapanna, sakrdagamin, anagamin, dan arhat, maka pratyekabuddhalah yang paling terkemuka. Begitu jugalah dengan Sutra ini yang diantara segala sutra yang telah dikhotbahkan oleh para Tathagata, Bodhisatva maupun sravaka, merupakan Sutra yang paling utama.Begitu pulalah halnya dengan mereka yang dapat menerima dan memelihara Sutra ini maka diantara seluruh mahluk hidup, merekalah yang paling mulia.
Diantara seluruh sravaka dan pratyekabuddha, Bodhisat-valah yang paling terkemuka. Begitu jugalah dengan Sutra ini yang diantara segala sutra merupakan Sutra yang tertinggi. Seperti Buddha yang merajai segala hukum, maka demikian jugalah dengan Sutra ini yang merajai segala sutra. "Wahai Naksatraragasankusumitabhigna ! Sutra ini adalah Sutra yang mampu menyelamatkan semua umat.Sutra ini mampu membebaskan seluruh mahluk dari duka dan nestapa. Sutra ini mampu menyelamatkan para umat dan mampu memenuhi segala keinginan mereka. Seperti sebuah kolam yang jernih dan dingin yang mampu memuaskan mereka yang kehausan, seperti orang kedinginan yang mendapatkan perapian, seperti orang telanjang yang mendapatkan pakaian, seperti karapan rombongan pedagang yang mendapatkan pimpinan, seperti seorang anak yang mendapatkan ibunya, seperti seorang yang ingin menyeberang mendapatkan perahu, seperti seorang sakit yang mendapatkan tabib, seperti seorang miskin yang menemukan permata, seperti orang didalam kegelapan yang mendapatkan pelita, seperti rakyat yang mendapatkan raja, seperti seorang pedagang pangadu untung yang mendapatkan kesempatan, seperti obor yang menyirnakan kegelapan, maka demikian jugalah halnya dengan Hukum Sutra Bunga Teratai ini yang mampu membebaskan semua umat dari segala kesengsaraan serta penderitaan dan mampu
pula melepaskan ikatan-ikatan dari kehidupan yang tidak kekal.
"Jika terdapat seseorang yang setelah mendengar Hukum Sutra Bunga Teratai ini kemudian menyalinnya atau membuat orang lain menyalinnya, maka batas jumlah pahala yang diperolehnya tidak lagi dapat diperkirakan meskipun dengan kebijaksanaan Buddha sekalipun.Jika seseorang menyalin Sutra ini dan memuliakannya, dengan bebungaan, wewangian, kalung-kalung, dedupaan, bedak-bedak cendana, salep-salep obat, bendera-bendera, tirai-tirai, pakaian dan bermacam-macam lampu, lampu susu, lampu minyak, lampu minyak wangi, lampu minyak bunga cempaka, lampu minyak bunga samana, lampu minyak bunga patala dan lampu minyak bunga varshika serta lampu minyak bunga navamalika, maka pahala yang diperolehnya tiada dapat dilukiskan.
"Wahai Naksatraragasankusumitabhigna ! Jika terdapat seseorang yang mendengar bab dari "Darma Yang Terdahulu Dari Sang Bodhisatva Baisajaraga" itu, iapun akan memperoleh pahala yang tak terhingga dan tak terbatas.Jika terdapat seorang wanita yang mendengar hal dari Darma Yang Terdahulu Dari Sang Bodhisatva Baisajaraga dan ia mampu menerima dan memeliharanya, maka sesudah tubuh kewanitaannya berakhir ia tidak lagi akan menerima tubuh wanita itu lagi.Jika sesudah kemokshaan Sang Buddha nanti terdapat seorang wanita yang didalam 500 tahun yang terakhir mendengar Sutra ini dan bertindak sesuai dengan ajarannya maka di ujung kehidupan ini ia akan menuju Dunia Bahagia dimana Sang Buddha Amitayus bersemayam dikelilingi oleh para Bodhisatva agungnya. Ia akan terlahir disana ditengah-tengah setangkai bunga teratai yang berada diatas tahta permata.
Wanita yang sudah menjelma menjadi laki-laki itu tidak Akan pernah tergoda lagi oleh kemarahan ataupun tergoda oleh kesombongan, dengki ataupun ketidak sucian, tetapi ia akan memperoleh kekuatan ghaib dan kepastian untuk tidak terlahir kembali.
Setelah memperoleh penetapan ini, indera matanya akan menjadi sempurna dan dengan kesempurnaan indera matanya ini ia akan melihat 7 juta dan 2 ribu koti nayuta dari para Buddha Tathagata yang jumlahnya sama dengan pasir-pasir sungai Gangga ketika para Buddha ini memujinya dengan serempak dari kejauhan seraya bersabda : "Bagus sekali, bagus sekali ! Wahai puteraKu yang baik ! Engkau telah mampu menerima dan memelihara, membaca dan menghafalkan serta merenungkan Sutra ini didalam Hukum Sang Sakyamuni Buddha dan mengajarkannya pula kepada orang lain. Karunia yang telah engkau peroleh adalah sangat tak terhingga dan tak terbatas dimana sang api tidak mampu membakarnya serta sang airpun tidak mampu menghanyutkannya. Pahalamu tiada dapat lagi diutarakan oleh seribu Buddha. Sekarang engkau telah mampu memusnahkan mara-mara jahat, menyingkirkan kekuatan-kekuatan ikatan ketidak-tahuan dan menghancurkan musuh-musuh yang lain.Wahai putera yang baik ! Ratusan ribu para Buddha dengan segala kekuatan ghaibnya akan selalu bersama-sama menjaga dan melindungimu sehingga tiada satupun Dari para dewa dan manusia diseluruh dunia ini yang dapat menyamaimu kecuali Sang Tathagata sendiri.Kebijaksanaan dan meditasi dari para sravaka, pratye-Kabuddha atau bahkan para Bodhisatva sendiri, semua-Nya tidak akan dapat mengimbangimu.Wahai Naksatraragasankusumitabhigna ! Sedemikianlah
daya pahala dan kebijaksanaan yang telah diperoleh sang Bodhisatva ini.
"Jika terdapat seseorang yang ketika mendengar hal dari Darma Yang Terdahulu Dari Sang Bodhisatva Baisajaraga ini kemudian ia mampu menerima dan memuliakannya dengan penuh kegembiraan, maka selama hidupnya yang sekarang ini ia akan selalu menebarkan bau nafas yang harumnya seperti bunga teratai biru dan dari seluruh pori-pori tubuhnya akan memancarkan harumnya kayu cendana kepala lembu, serta pahalanya akan menjadi seperti tersebut diatas tadi.Oleh karenanya wahai Naksatraraga, Aku percayakan Kepadamu bab tentang Darma Yang Terdahulu Dari Sang Bodhisatva Baisajaraga itu. Didalam 500 tahun yang terakhir sesudah kemokshaanKu nanti, maklumkanlah dan siarkanlah bab itu didalam Jambudvipa, karena kalau tidak, bab itu akan hilang sehingga sang mara, Yang Maha Jahat, beserta manusia-manusia maranya, para dewa, naga, yaksha, kumbhandas dan lain-lainnya akan memperoleh kesempatannya.
Wahai Sang Naksatraraga ! Peliharalah dan lindungilah Sutra ini dengan kekuatan-kekuatan ghaibmu. Karena Sutra ini merupakan obat yang manjur bagi penyakit orang-orang Jambudvipa. Jika seseorang jatuh sakit dan ia mendengar Sutra ini maka sakitnya akan segera hilang dan iapun tidak akan menjadi tua dan tidak pula akan mati. Wahai Naksatraraga ! Jika engkau melihat seseorang menerima dan memelihara Sutra ini, maka engkau harus menaburkan bunga-bunga teratai biru yang penuh dengan serbuk-serbuk kayu cendana kepadanya, dan sesudah menaburinya berpikirlah demikian. "Orang ini akan segera menerima segebung rerumputan dan akan segera mengambil tempat duduknya diatas tempat kebijaksanaan. Ia akan mencerai-beraikan kelompok mara dan miniup nafiri Hukum serta menabuh genderang Hukum Agung. Ia akan menyelamatkan seluruh mahluk hidup dari samodra ketuaan, penyakit dan kematian." Oleh karena itu, siapapun yang mencari Jalan keBuddhaan ketika melihat seseorang yang menerima dan memelihara Sutra ini, maka ia harus menaruh rasa hormat kepadanya."
Pada saat bab dari Darma Yang Terdahulu Dari Sang Bodhisatva Baisajaraga ini sedang dikhotbahkan, 84 ribu Bodhisatva memperoleh dharani dari Menafsirkan Ucapan Segala Mahluk. Sang Tathagata Prabhutaratna yang berada didalam stupa 7 Benda Berharga memuji Sang Bodhisatva Naksatraragasankusumitabhigna : "Bagus sekali, bagus sekali, wahai Naksatraragasan-kusumitabhigna ! Engkau telah memperoleh pahala-pahala yang tak dapat dilukiskan lagi karena engkau telah dapat menanyakan hal-hal yang seperti ini kepada Sang Sakyamuni Buddha dan engkau telah benar-benar Menyelamatkan semua umat."




BAB XXIV
BODHISATVA GADGASVARA
Kemudian Sang Sakyamuni Buddha memancarkan seberkas cahaya dari bagian yang menonjol pada kepalaNya yang merupakan tanda dari seorang yang agung dan Beliau memancarkan pula seberkas cahaya dari tanda lingkaran rambut putih yang terletak diantara kedua alis mataNya yang bersinar kearah Timur menerangi 108 ribu koti nayuta dunia-dunia Buddha dimanapun jua yang banyaknya seperti pasir-pasir dari sungai-sungai Gangga. Diseberang dunia-dunia itu, terdapatlah sebuah dunia yang bernama Vairokanarasmipratimandita dan didalam kawasan itu bersemayam seorang Buddha yang bergelar Kamaladalavimalanashatraragasankusumitabbhigna, Yang Maha Mulia, Maha Bijak, Yang Telah Mencapai Penerangan Aung, Yang Telah Mencapai Kesempurnaan, Maha Tahu Tentang Dunia, Pemimpin Yang Tiada Tara, Maha Pengatur, Guru dari para dewa dan manusia, Sang Buddha, Yang Maha Agung. Dipuja dan dikelilingi oleh sekelompok para Bodhisatva yang tak terhitung jumlahnya dan beliaupun mengkhotbahkan Hukum kepada mereka itu. Berkas sinar dari lingkaran rambut putih Sang Sakyamuni Buddha bercahaya di seluruh kawasan mereka.
Pada saat itu didalam kawasan Vairokanarasmipratimandita, terdapat seorang Bodhisatva yang bernama Gadgadasvara yang telah sekian lama membina akar-akar kebajikan, melayani dan memuliakan ratusan ribu koti para Buddha yang tak terhitung dan dia telah pula memperoleh kebijiaksanaan yang dalam dengan sangat sempurna. Ia telah mencapai tingkat Samadhi Dhvagagrakeyura, perenungan tentang Saddharmapundarika, perenungan tentang Nakshatraragavikridita, perenungan tentang Anilamba, perenungan tentang Gnanamudra, perenungan tentang Sarvartakausalya, perenungan tentang Sarvapunyasamukkaya, perenungan tentang prasadavati, perenungan tentang Tiddhivikridita, perenungan tentang Gnanolka, perenungan tentang Vyuharaga, perenungan tentang Vimalaprabha, perenungan tentang Vimalagarbha, perenungan tentang Apkritsna dan perenungan tentang Suryavarta. Ratusan ribu koti perenungan-perenungan agung seperti inilah yang telah ia peroleh yang jumlahnya sama dengan banyaknya pasir dari sungai-sungai Gangga.
Tiada lama setelah cahaya dari Sang Sakyamuni Buddha bersinar diatasnya, ia berkata kepada Sang Vimalanakshatrarasankusumitabhigna :”Yang Dihormat Dunia ! Aku harus pergi mengunjungi dunia saha untuk menghormat, mendekati dan memuliakan Sang Sakyamuni Buddha serta untuk menemui Sang Bodhisatva Manjusri, Putera dari Sang Raja Hukum, Sang Bodhisatva Baisajaraga, Sang Bodhisatva Pradanasura, Sang Bodhisatva Nakshatraragasankusumitabhigna, Sang Bodhisatva Visishtakaritra, Sang Bodhisatva Vyuharaga dan Sang Bodhisatva Baisajaragasamudgata.”
Kemudian Sang Kamaladalavimalanakshatraragasankusumitabhigna menyapa Sang Bodhisatva Gadgadasvara : “ Janganlah engkau memandang rendah pada kawasan itu ataupun mempunya pikiran yang meremehkannya. Wahai putera yang baik ! Dunia saha dengan tempat-tempatnya yang tinggi dan rendah itu tidaklah rata, pun pula penuh dengan tanah, batu, perbukitan dan kotoran-kotoran. Tubuh dari Buddha itu pendek dan kecil serta seluruh Bodhisatvanya bertubuh kecil, sedangkan tubuhmu setinggi 42 ribu yojana dan tubuhku 68 ratus (6800) ribu yojana. Tubuhmu terdiri dari susunan yang paling sempurna dan dikaruniai dengan ratusan ribu kebahagiaan,pun pula tubuhmu bersinar cemerlang. Oleh karenanya, ketika engkau berada disana janganlah memandang rendah pada kawasan itu ataupun menaruh pikiran yang merendahkan Buddha itu maupun para Bodhisatva ataupun negeri itu sendiri.”
Kemudian Sang Bodhisatva Gadgadasvara memasuki perenungan tanpa beranjak dari tempat duduknya dan tanpa menggerakkan tubuhnya. Dengan daya ghaib dari perenungannya digunung Grdhrakuta, terjelmalah 84 ribu bunga-bunga teratai indah yang berbatang jambudvipa emas, bedaun perak putih, berbenang sari permata dan berkelopak manikam kimsuka, diatas Gunung Grdhrakuta yang terletak tidak jauh dari kursi Hukum.
Ketika Sang Manjusri, Putera dari Sang Raja Hukum, melihat bunga-bunga teratai itu kemudian berkatalah ia kepada Sang Buddha :” Yang Maha Agung ! Karena sebab apakah maka tanda-tanda bertuah ini muncul untuk pertama kalinya ? Disana terdapat beberapa ribu bunga-bunga teratai berbatang emas jambudvipa, berdaun perak putih, berbenang sari permata dan berkelopak manik-manik kimsuka.” Kemudian Sang Sakyamuni Buddha memberitahu Sang Manjusri :” Inilah tanda-tanda bahwa Sang Bodhisatva-Mahasatva Gadgadasvara dari kawasan Sang Buddha Kamaladalavimalanakshatraragasankusumitabhigna dengan ditemani oleh 84 ribu Bodhisatva akan berkunjung ke dunia saha ini untuk memuliakan, mendekati dan menghormati Aku serta ingin memuliakandan mendengarkan Hukum Sutra Bunga Teratai ini.”
Sang Manjusri berkata pada Sang Buddha :” Yang Maha Agung ! Akar kebajikan apakah yang telah ditanam oleh sang Bodhisatva itu dan jasa apakah yang telah ia pelihara sehingga ia dapat memiliki daya ghaib yang sebesar ini ? Sudilah kiranya Engkau memberitahukan kami tentang nama dari perenungan ini dan kami semua berhasrat untuk menjalankannya dengan rajin karena dengan melaksanakan perenungan ini kami semua akan dapat melihat Bodhisatva itu, tentang bagaimana warna, bentuk, dan ukurannya, martabat serta tindak tanduknya . Kami mohon kepadaMu duhai Yang Maha Agung, dengan kekuatan ghaibMu biarlah kami melihat kedatangan dari sang Bodhisatva itu.”
Kemudian Sang Sakyamuni Buddha bersabda pada Sang Manjusri :” Sang Tathagata Prabhutaratna yang telah lama moksha akan memperlihatkan tanda itu kepadamu.” Seketika itu Sang Buddha Prabhutaratna menyapa Bodhisatva itu :” Datanglah wahai putera yang baik ! Sang Manjusri, putera dari Sang Raja Hukum ingin melihatmu.”
Kemudian Sang Bodhisatva Gadgadasvara menghilang dari kawasan sana dan berangkat bersama-sama dengan 84 ribu Bodhisatva. Negeri-negeri yang mereka lewati tergoncang dalam 6 cara yang berbeda, bunga-bunga teratai terdiri dar 7 benda berharga bertebaran dimana-mana dan ratusan ribu alat-alat musik kasurgan mengalun dengan sendirinya. Mata dari Sang Bodhisatva itu seperti daun bunga teratai biru yang besar dan lebar. Kecemerlangan wajahnya melebihi paduan gemerlapnya ratusan ribu rembulan. Tubuhnya berwarna emas murni, terhiasi dengan ratusan ribu tand-tanda jasa yang tak terhitung jumlahnya. Ia memancarkan cahaya yang agung, gemerlap dan berkilau terhiasi dengan tanda-tanda sempurna dan iapun bertubuh kekar seperti Nayarana.
Setelah ia memasuki menara dari 7 berharga, kemudian ia naik ke angkasa setinggi 7 pohon tala diatas bumi dan dengan dimuliakan serta dikelilingi oleh kelompok Bodhisatva-Bodhisatvanya, ia datang ke Gunung Grdhrakuta didunia saha ini. Setelah ia tiba disitu, turunlah ia dari menara 7 benda berharganya dan melepaskan seuntai kalung seharga ratusan ribu, lalu pergi ke hadapan Sang Buddha dan sujud dikakiNya serta mempersembahkan kalung tadi kepada Sang Buddha seraya berkata :”Yang Maha Agung ! Sang Buddha Kamaladalavimalanakshatraragasankusumitabhigna menghaturkan salamnya pada Yang Maha Agung. “Apakah Engkau mempunyai sedikit rasa sakit dan sedikit kekhawatiran ? Apakah Engkau sehat-sehat dan tenang-tenang saja ? Apakah ke 4 kelompokMu dalam keadaan baik-baik saja ? Apakah urusan-urusan keduniawianMu tentram-tentram saja ? Apakah para umatMu mudah diselamatkan dan tidak lagi mempunyai rasa dengki,marah,bodoh,iri dan congkak,tidak mematuhi kedua orang tuanya,ataupun tidak menghormati para sramanera dan apakh para umatMu tidak lagi memiliki pandangan yang sesat atau telah berpikiran baik sehingga mereka mampu mengekang ke 5 napsu birahinya ? Yang Maha Agung ! Apakah para umatMu mampu mengatassi godaan-godaan mara ? Apakah Sang Tathagata Prabhutaratna yang telah lama moksha masih bersemayam didalam Stupa dari 7 Benda Berharga dan telah datang pula untuk mengdengarkan Hukum ?”
Sang Kamaladala juga menyampaikan salamnya kepada Sang Tathagata Prabhutaratna. “Apakah Engkau baik-baik saja ? Apakah Engkau suka hati tinggal lama.”Yang Maha Agung ! Sekarang kami ingin melihat tubuh Sang Buddha Prabhutaratna dan berkenanlah Engkau duhai Yang Maha Agung Untuk menampakkan diri dan mengizinkan kami melihatnya.”
Kemudian Sang Sakyamuni Buddha berkata pada Sang Buddha Prabhutaratna :”Sang Bodhisatva Gadgadasvara ini ingin berbincang-bincang.”
Dengan serta merta Sang Buddha Prabhutaratna menyapa Sang Gadgadasvara “Bagus sekali, bagus sekali Bahwasanya engkau telah dapat datang kemari untuk memuliäkan Sang Sakyamuni Buddha dan untuk mendengarkan Hukum Sutra Bunga Teratai serta untuk menemui Sang Manjusri dan Iain-lainnya.”
Kemudian Sang Bodhisatva Padmasri berkata kepada Sang Buddha: “Yang Maha Agung! Sang Bodhisatva Gadgadasvara ini telah menanam akar kebajikan yang bagaimana serta jasa-jasa apa yang telah ia bina sehingga ia memiliki kekuatan ghaib seperti ini ?“ Sang Buddha menjawab Sang Bodhisatva Padmasri
“Dahulu kala adalah seorang Buddha yang bernama Megadundubhisvararaga, Arhat, Samyaksambodhi, yang kawasannya disebut Sarvabuddhasandarsana dan kalpanya disebut Priyadarsana. Sang Bodhisatva Gadgadasvara ini selama 1200 tahun telah memuliakan Sang Buddha Megadundubhisuararaga dengan ratusan ribu jenis musik dan mempersembahkan pula 84 ribu kendaraan dan 7 benda berharga.
Karena pahala dan semuanya ini, sekarang ia dilahirkan didalam kawasan Sang Buddha Kamaladalavimalanakshatraragasankusuinitabkigna dan memiliki kekuatan ghaib seperti itu. “Wahai Padmasri ! Bagaimanakah pendapatmu tentang Sang Bodhisatva Gadgadasvara yang pada saat itu memuliakan Sang Buddha Megadundubhisuararaga dengan dendang dan lagu serta persembahan kendaraan-kendaraan berharga tadi ? Apakah kiranya ia itu orang lain adanya? Sesungguhnyalah dia itu Sang Bodhisatva-Mahasatva Suara Menakjubkan adanya.
Wahai Padmasri ! Sebelum Bodhisatva-Mahasatva Gadgadasvara ini memuliakan dan bergaul erat dengan para Buddha yang tak terhitung jumlahnya, ia telah sekian lama membina akar-akar kebajikan dan telah bertemu dengan ratusan ribu koti nayuta dari para Buddha yang banyaknya seperti pasir-pasir sungai Gangga.
Wahai Padmasri ! Disini engkau hanya melihat satu bentuk tubuh saja dan Sang Bodhisatva Gadgadasvara karena Sang Bodhisatva ini selalu muncul dalam berbagai wujud tubuh dimanapun jua ia mengkhotbahkan Sutra ini kepada para umat. Kadang-kadang ia muncul sebagai seorang Brahma, atau muncul sebagai Sakra, atau muncul sebagai Isvara, atau muncul sebagai Mahesvara, atau muncul sebagai seorang jenderal perkasa, atau muncul sebagai Raja Vaisravana yang berkuasa, atau muncul sebagai seorang raja pemutar roda suci, atau muncul sebagai salah satu dari raja-raja biasa, atau muncul sebagai seorang tua, atau muncul sebagai Seorang penduduk biasa, atau muncul sebagai seorang menteri, atau muncul sebagai seorang Brahman, atau muncul sebagai seorang bhiksu, bhiksuni, upasaka maupun upasika, atau muncul sebagai istri seorang menteri, atau muncul sebagai istri seorang Brahman, atau muncul sebagai seorang laki-laki muda atau perawan atau muncul sebagai seorang dewa, naga, yaksha, gandharva, asura, garuda, kimnara, mahoraga, manusia atau bukan manusia dan sebagainya serta mengkhotbahkan Sutra ini. Ia mampu menyelamatkan mahluk apapun yang berada didalam neraka, atau iblis-iblis lapar, hewan-hewan dan semuanya yang berada didalam kesengsaraan. Bahkan. didalam istana seorang raja, ia mengkhotbahkan Sutra ini dengan merubah dirinya menjadi seorang wanita, Wahai Padmasri ! Sang Bodhisatva Gadgadasvara ini adalah seorang yang mampu menyelamatkan dan melindungi semua umat di dunia saha ini. Sang Bodhisatva Gadgadasvara ini, dengan merubàh dirinya sedemikan rupa muncul dalam berbagai cara di dunia saha ini untuk mengkhotbahkan Sutra ini kepada semua umat. Tidak pemah akan tenjadi kemunduran didalam daya ghaib penjelmaan dan kebijaksanaannya itu. Dengan begitu banyak cara, Sang Bodhisatva ini telah membuat benderangnya duñia sehingga setiap umat telah memperoleh pengetahuannya. Didalam duniadunia lain di segala penjuru yang banyaknya seperti pasir-pasir sungai Gangga, Ia telah berbuat hal yang sama. Kepada mereka yang harus Ia selamatkan dalam bentuk seorang sravaka, maka ia muncul dalam wujud seorang sravaka dan mengkhotbahkan Hukum. Kepada mereka yang harus ia selamatkan dalam bentuk seorang pratyekabuddha, maka ia muncul sebagai seorang pratyekabuddha serta mengkhotbahkan Hukum. Kepada mereka yang harus ia selamatkan dalam bentuk seorang Bodhisatva, maka ia muncul sebagai seorang Bodhisatva dan mengkhotbahkan Hukum. Kepada mereka yang harus ia se1amatkan daläm bentuk seorang Buddha, maka ia muncul sebagai seorang Buddha dan mengkhotbahkan Hukum. Dengan berbagai cara seperti ini, ia selalu muncul sesuai dengan cara yang harus ia tempuh untuk menyelamatkan umat. Bahkan kepada mereka yang harus ia selamatkan dengan kemokshaan, maka iapun akan membuat dininya menjadi moksha.
Wahai Padmasni ! Sedemikianlah besarnya kekuatan ghaib dan kebijaksanaan yang telah diperoleh Sang Bodhisatva-Mahasatva Gadgadasvara.”
Kemudian Sang Bodhisatva Padmasri berkata kepada Sang Buddha “Yang Maha Agung! Sang Bodhisatva Gadgadasvara ini sungguh-sungguh telah menanam dengan dalamnya akar-akar kebajikannya. Yang Maha Agung ! Didalam perenungan yang bagaimanakah Sang Bodhisatva ini berada sehingga ia mampu menjelma dan merubah dirinya sedemikian rupa sesuai dengan keadaan untuk menyelamatkan mahluk ?“ Sang Buddha menjawab Sang Padmasni Bodhisatva
“Putera yang baik ! Perenungan itu disebut Samadhi Sarvarupasandarsana. Didalam perenungan inilah Sang Bodhisatva Gadgadasvara berada sehingga ia mampu berbuat sedemikian itu untuk menyelamatkan para umat yang tak terhitung jumlahnya.”
Pada saat persoalan Sang Bodhisatva Gadgadasvara ini dikhotbahkan 84 ribu orang yang telah datang bersama-sama dengan Sang Bodhisatva Gadgadasvara, semuanya mencapai perenungan tentang Sarvarupasandarsana dan para Bodhisatva yang tak terhitung jumlahnya didalam dunia saha ini juga memperoleh perenungan ini dan mencapai dharani.
Kemudian Sang Bodhisatva-Mahasatva yang telah selesai memuliakan Sang Sakyamuni Buddha dan Stupa dan Sang Buddha Prabhutaratna, kemudian kembali kenegerinya sendiri. Negeri-negeri yang ia lewati tergetar dalam 6 cara yang berbeda dan menghujani bunga-bunga teratai lndah serta mengalunkan ratusan ribu koti jenis musik. Setelah tiba dikawasannya sendiri, kemudian ia bersama dengan 84 ribu Bodhisatva yang mengeliuinginya, pergi menghadap Sang Buddha Kamaladalavimalanakshatraragasankusuinitabhigna dan berkata kepadanya “Yang Dihormat Dunia. ! Aku telah mengunjungi dunia saha dan telah berbuat kebajikan kepada para mahluk-mahluknya, dan aku telah melihat Sang Sakyamuni serta Stupa dan Sang Buddha Prabhutaratna dan telah memuliakan serta menghormatinya. Aku juga telah melihat Sang Bodhisatva Manjusri, putera dari Sang Raja Hukum, begitu .juga Sang Bodhisatva Baisajaraga, Sang Bodhisatva Yang Telah Memperoleh Ketulusan dan Semangat, Sang Bodhisatva Pradana Sura, dan lain-lainnya. Aku telah pula membuat ke 84 ribu Bodhisatva itu mencapai perenungan tentang Sarvirupasandarsana.”
Pada saat hal tentang Pergi dan Datangnya Sang Bodhisatva Gadgadasvara dikhotbahkan, 42 ribu putera-putera surga memperoleh Penetapan untuk tidak terlahir kembali, dan Sang Bodhisatva Padmasri memperoleh perenungan yang disebut Hukum Bunga Teratai.